Lipbalm, Lip Remover, Multifunction
Chelsea dengan gengsi setinggi langitnya. Meskipun wanita itu mencak-mencak seolah tak mau dengan ajakan suaminya tapi ia bergegas mempercantik diri dengan polesan natural makeup dan sengaja lebih memerahkan bagian bibirnya. Bibir cantik yang selalu menjadi candu bagi Gama dipoles dengan liptint berperisa semangka.
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok sang suami dengan napas tersengal-sengal. Kedua matanya terkunci saling adu tatap rayu, Chelsea mengaitkan anak rambutnya ke telinga malu dan Gama langsung melangkah cepat menuju istrinya. Tangannya menangkup kedua wajah Chelsea lalu menjamah bibir sang istri penuh gairah.
Suara decakan memenuhi ruangan, keduanya saling beradu lidah dengan permainan bibir yang didominasi penuh oleh Gama. Chelsea memejam matanya rapat-rapat, berusaha mengimbangi Gama namun justru tubuh mungilnya sedikit terangkat. Mereka melepas sejenak bibirnya, tampak setarik benang saliva dari keduanya akibat perang lidah yang cukup intens. Gama menatap lekat tatapan sayu Chelsea, dengan gagah pria itu mengangkat tubuh istrinya seperti tuan putri lalu meletakannya ke atas ranjang mereka.
“Katanya cuman ciuman?” bisik Chelsea yang terdengar seksi di telinga Gama.
“Kan kamu tahu kalau itu cuman bohong?” balas Gama sedikit menggoda istrinya. Chelsea hanya mendecih pelan.
“Dasar pembohong,” ucap Chelsea.
“Ini bohong untuk kebaikan, Chel.”
“Kebaikan apaan, buat lo doang itu mah.”
Gama mendekatkan wajahnya, sedikit menghembus leher putih milik Chelsea hingga wanitanya mendesah panjang.
“Yakin nih, cuman buat kebaikan gue doang, hm?” Gama mengecup pelan leher sang istri lalu menggigit pelan tanpa memberi bekas.
“Hhhh jangan bikin kiss mark di situ... besok pagi kan Mama mau ke rumah....”
“Tinggal kamu tutup pake make up.”
“Ah males, Gam—Ah! Ssshhh....” Bukan Gama kalau nurut, justru ia malah sengaja membuat bekas di leher istrinya di beberapa titik. Mau marah pun tak sanggup, karena Chelsea juga tak berdaya untuk melawan kenikmatannya saat ini.
Dua tangan Gama yang menganggur beralih pada satu gundukkan berukuran besar milik sang istri dan juga bagian sensitif di bawah sana. Chelsea seolah dibawa terbang melayang, entah apa yang bisa mendeskripsikan nikmat yang ia rasakan. Tangan Chelsea mencengkram kuat di kedua bahu luas Gama, dengan kedua bibir mereka masih saling beradu penuh menuntut. Permainan Gama saat ini lebih cepat dari biasanya, sampai Chelsea menepuk-nepuk agar suaminya itu sedikit lebih gentle.
“I'm sorry, queen,” Gama mengecup kening Chelsea lembut.
“That's okay,” Chelsea membalas kecupan singkat di bibir suaminya, lalu Gama kembali meraup bibir wanitanya dengan rakus. Ia bisa merasakan bagaimana manisnya semangka yang menyatu di bibir sang Chelsea sehingga itu membuatnya tak bisa melepas tautan mereka. Meskipun pasokan oksigen mereka sudah mulai habis, Gama masih belum mau memberi Chelsea kesempatan untuk bernapas dulu. Kedua tangan wanita cantik itu dikunci oleh satu tangan kekarnya di atas kepala. Gama melepas tautannya lebih dulu, membiarkan mereka sama-sama mengambil pasokan oksigen lebih banyak dan menatap lagi dalam rayu untuk mengagumi satu sama lain.
Jantung Gama terasa ingin meledak begitu melihat bagaimana cantik dan menggodanya Chelsea dengan bibir merah yang sedikit membengkak, peluhnya membasahi kening juga tatapan sayu nan lemah. Sang tuan tersenyum miring, ia mendekati telinga wanitanya sambil berbisik begitu seduktif.
“I will make you scream my name tonight, queen.”
Detak jantung Chelsea mendadak terhenti, ia menahan napasnya sambil memaling wajah karena malu.
“Di-di bawah ada anak-anak....” ucap Chelsea gemetar.
“Mau setel lagu gak biar gak kedengeran?” Gama langsung bangkit dan mengambil speaker JBL Go nya.
“Jangan gede-gede banget, nanti kedengeran tetangga gak enak!”
“Iya sayang, ngerti kok.”
Gama mengatur volumenya agar bisa menyesuaikan situasi, tak terlalu pelan untuk menutupi suara mereka nanti juga tak terlalu kencang sampai terdengar ke rumah sebelah. Gak lucu kalau tiba-tiba ada penggebrekan warga karena kegiatan panas mereka yang sudah sah di mata hukum.
Lagu yang diputar adalah Collide – Justine Skye feat Tyga, sang wanita langsung tersenyum puas begitu mendengar lagu favoritnya. Gama langsung kembali menaiki ranjangnya dan mengangkat tubuh Chelsea untuk duduk menyandar ke dashboard ranjang king size-nya.
Jemari kekar Gama mengelus pelan pipi lembut Chelsea sambil menatap kedua iris legam sang istri yang begitu indah dipandang. Kecantikan sang wanita kasih yang selalu ia kagumi dan takkan pernah bisa digantikan posisinya dalam singgasana hati.
Semua yang ada pada Chelsea Audrey Wijaya itu sepenuhnya menjadi milik Gamaliel Arkananta.
Entah berapa tahun pernikahan mereka sudah berjalan, tapi usia tidak pernah membuat kecantikan istrinya itu pudar. Entah memang istrinya yang pandai merawat diri atau memang di matanya Chelsea selalu cantik.
“Kamu tahu kan?” Gama menangkup kedua sisi wajah Chelsea, “Kamu itu anugerah yang selalu aku syukuri dalam hidup aku, semua tentang kamu itu selalu buat aku kagum.”
Suaminya itu memang pandai membuat Chelsea salah tingkah dari tiap kata-kata manis yang dilontarkan ataupun perlakuannya yang membuat ia merasa berharga. Chelsea terlalu malu untuk membalas tatapan hangat Gama sampai ia menundukkan kepalanya.
“Udah ish gombalnya... malu udah umur segini....” pinta wanita berusia 33 tahun itu.
“Lho gombal mah gak mandang umur, Chel, nanti kalau kita udah kakek-nenek juga bakal aku gombalin terus kamu,” goda Gama hingga Chelsea membalas dengan pukulan ringan di lengan Gama nan otot bisepnya yang terbentuk.
Tangan Gama sudah beralih membuka kancing piyama satin milik Chelsea hingga terlepas sudah bagian atas wanitanya menampilkan bra hitam cantik, tapi itu tak dibutuhkan Gama sedikitpun. Ia melepas kaitan bra Chelsea dan justru menjauh sebentar untuk mengagumi tubuh istri tercintanya.
“Cantik,” gumam pria itu sambil tersenyum tipis.
Gama meraih rambut hitam panjang Chelsea dan menggenggamnya sejenak agar ia bisa menciumi leher putih nan jenjang itu. Chelsea memejam mata rapat-rapat, menikmati tiap sentuhan suaminya dan tangannya mengeratkan pelukan di leher Gama.
Aroma manis vanilla dari parfum Chelsea sungguh memabukkan.
Dari ciuman pelan sampai berubah jadi gigitan yang membuat sebuah 'bekas kepemilikan'. Tak hanya di leher, Gama sengaja membuat bekasnya di tengah-tengah diantara dua buah dada istrinya. Bisa diperkirakan besok tanda-tanda di lehernya menjadi pr yang banyak untuk Chelsea besok.
“Gak adil kalo cuman kamu yang bikin tanda,” tiba-tiba wanitanya itu menggerutu, Gama terkekeh geli dan akhirnya memberi ruang untuk Chelsea bebas melakukan apa saja terhadapnya.
Biasanya Gama yang selalu mengambil kendali penuh di permainan panas mereka, dan sekarang pria itu membiarkan bagaimana Chelsea memperlakukannya.
Chelsea merebahkan tubuh Gama dan posisi mereka saat ini didominasi oleh Chelsea yang duduk diatas Gama. Pria itu hanya menyeringai dan menyerahkan dirinya kepada sang istri. Tubuh Gama yang masih dibalut kaos itu langsung dipaksa lepas oleh Chelsea, meskipun usia Gama sudah hendak menginjak angka 4 ternyata gagahnya tak lekang oleh waktu. Siapapun pasti akan terpesona, dan yang membuat Chelsea sangat bersyukur bahwa Gamaliel Arkananta sepenuhnya milik dia.
Jemari cantik nan lentik milik Chelsea sengaja memutar di dada bidang Gama hingga pria itu mendesis panjang. Chelsea menghembus napasnya yang hangat di telinga Gama, lalu menggigit pelan. Bibirnya menurun sambil usil mengecup lama di belakang telinga, beralih pada leher depan sesuai dengan tujuan utama Chelsea. Dia juga tak mau kalah untuk membuat tanda kepemilikan di leher sang suami.
“Jangan banyak-banyak, Chel, besok siang aku ada meeting sama Bagas.”
Wajah Chelsea berubah jadi cemberut, “Ih, katanya mau nemenin aku belanja?!”
“Iya abis meeting, paling lama beres jam 3 kok.”
Entah harus lega atau kesal, tapi Chelsea kembali fokus membuat tanda di beberapa titik leher Gama. Melihat tingkah istrinya yang sibuk dengan kegiatannya membuat Gama gemas, meski begitu kepalanya memutar otak untuk pakaian besok yang ia kenakan. Pasalnya, untuk memakai turtle neck sweater di cuaca panas ini pasti menimbulkan curiga.
Sudahlah, lebih baik nikmati momen saat ini saja.
Gama langsung membalik tubuh mungil Chelsea dan mengambil alih lagi permainannya. Mereka berdua tertawa, dan tangan Gama cepat menarik semua balutan yang menutupi bagian bawah Chelsea. Begitupun Chelsea juga melepas semua yang menutupi bagian bawah Gama.
“Kayaknya malam ini kamu lebih agresif deh, Chel,” bisik Gama.
“Gapapa, kan aku emang orangnya gak pernah mau kalah,” balas Chelsea dengan ekspresi tengil khasnya.
Gama justru semakin menahan kuat kedua tangan Chelsea sampai wanitanya dibuat tak berdaya dalam kurungannya.
“Oke kalo gitu tapi maaf ya, aku orangnya kompetitif, Chel.”
Kedua bibir mereka kembali saling bercumbu dan memperdalam ciumannya yang begitu panas. Gama memperdalam ciumannya dan menelusupkan lidahnya untuk mengabsen bagian dalam mulut Chelsea. Begitu tautan bibir mereka terlepas, Gama mengalihkan perhatiannya pada dua bongkahan sintal yang terpampang tepat di hadapannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, Gama melahap satu dadanya dan satu tangan yang menganggur meremas dada sebelahnya.
“AH! Ga-Gama...! Haahhh....!” Chelsea memekik kaget. Kedua tangannya tidak diberi leluasa sedikitpun, satu tangan kekar Gama ternyata cukup kuat untuk menahan dua tangan milik Chelsea. Wanita itu merasa kalah telak kalau soal tenaga.
Tubuhnya terus menggeliat geli dengan perlakuan Gama. Begitu prianya menyudahi kegiatan mereka dan melihat bagaimana ekspresi Chelsea sekarang, Gama tersenyum puas. Ekspresi Chelsea yang begitu indah ini hanya bisa dilihat oleh Gama seorang.
Setelah menjamah bagian atas kini giliran bagian bawah Chelsea yang sudah basah sejak tadi, bahkan bagi Gama ini lebih basah dari biasanya. Satu jemarinya mulai memasuki bagian inti dan Chelsea mendesah panjang, tak lama Gama menggunakan dua dan tiga jari untuk bermain-main dibawah sana. Kedua tangan Chelsea yang tertahan mulai terasa kebas dan yang bisa dilakukan wanita itu hanya bisa pasrah.
“Hah... aku kalah..... sshhhh....” Chelsea mengakui kekalahannya dan membuat Gama tertawa puas.
“Masa gini doang kalah,” ejek Gama.
“Kamu mainnya tenaga, gak adil,” balas Chelsea dengan nada ketus.
“Yaudah mau gantian nih kamu diatas?” tawar Gama yang sebenarnya tak serius, hanya untuk menyenangkan hati sang istri.
“Au deh udah keburu males juga, udah aku pasrah aja!”
Mendapat lampu hijau dari istrinya, Gama mempercepat tempo permainan jarinya dan melepas kedua tangan Chelsea agar bisa berpegangan di bahunya. Chelsea terus mendesahkan nama Gama sampai semi menjerit, untung saja lagu yang dinyalakan itu volumenya lumayan besar untuk menutupi suara sang istri. Ruangan itu juga dijamin kedap suaranya asalkan tidak terbuka pintunya atau tidak menjerit terlalu keras tapi mereka tetap antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Bisa saja mereka ceroboh, bukan?
“Gama....!! Gamaahh... ah! ah! sshhh....!”
Gama mencumbu bibir istrinya kembali lalu melepasnya.
“Ini udah basah banget, langsung ke inti aja ya?” pinta Gama dan langsung diiyakan oleh Chelsea.
Gama melebarkan paha Chelsea dan menaikkannya di bahu, ia mengurut pelan kejantanannya dan mulai menyentuh seolah mengetuk bagian bawah istrinya. Chelsea mendesah pelan, rasanya dinding rahimnya terus menarik kejantanan Gama ke dalam yang beriringan dengan tempo yang diberikan Gama. Pria itu perlahan memaju-mundurkan bagian bawahnya sampai kedua inti mereka sudah menyatu sempurna, Gama mempercepat genjotan pinggulnya sampai di titik kepuasan Chelsea.
“Ah, Gam! Gamaaa!”
“Ssshh... Chel!”
“Gamaaa! Gam!”
“Chel, I love you so much!“
“Hhhh...!”
Chelsea mengalungkan tangannya di leher Gama, suara decitan ranjang dan peraduan kulit mereka seolah saling bersahut mengisi ruangan. Kini lagu yang terputar sudah beralih dengan lagu Light a Flame milik SEVENTEEN favorit Chelsea.
Malam ini menjadi malam panas yang sempurna.
Gama merubah posisi menjadi duduk dan kini permainan didominasi oleh Chelsea. Pria itu seolah memberi kesempatan bagi istrinya yang memimpin permainan panas mereka, dan keputusan itu tidaklah buruk. Chelsea dengan mode 'agresif' saat ini membuat Gama semakin bergairah.
“Gam... hah... capek...!”
Cepat Gama mengambil alih lagi dan merebahkan tubuh Chelsea di bawah kurungannya. Tanpa ampun pria itu mempercepat temponya untuk segera sampai ke puncak nikmatnya. Begitu terasa semakin sesak bagian bawahnya, Gama mempererat pelukannya dan membiarkan cairan hangat meluruh semuanya di dalam rahim Chelsea. Keduanya mengatur napas masing-masing, tubuh Gama langsung rubuh di samping Chelsea dan melepas tautan tubuh mereka. Gama menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka dan tak lama Chelsea memejam matanya yang lelah.
“Chel? Ke kamar mandi dulu gih bersih-bersih.”
“Bentar dulu ah capek, kamu duluan aja.”
“Ayo bareng aja.”
“Ah gak mau nanti malah jadi ronde kedua di kamar mandi! Kamu duluan sana mandii...!!”
Chelsea mendorong tubuh suaminya jauh-jauh. Kalimatnya barusan tak sepenuhnya salah, jadi Gama lebih baik menuruti apa yang dikatakan istrinya.
“Yaudah kalo abis aku bersih-bersih kamu gak bangun juga, beneran jadi ronde kedua, Chel.”
“COWOK SINTING, BURUAN BERSIH-BERSIH SANA!!!”