If You Break Her Heart, I Will Break Your Face
Chelsea duduk menyilang seraya dua matanya menatap tajam nan menusuk ke dua mata Jingga sampai pemuda itu tak sanggup berkutik, untuk sekedar mengambil minumannya saja Jingga tak ada nyali sedikitpun.
“Besok lo dateng ke Premiere sebagai tamu mantan lo?!” tanya Chelsea dengan nada introgasi.
“I-Iya betul, Bu....” balas Jingga dengan gemetar.
Wanita itu memutar kedua bola matanya malas, “Terus poinnya gue dateng ke sini buat denger penjelasan lo apa?!”
Benar, Chelsea datang ke sini untuk mendengarkan bagaimana Jingga memang serius dengan Maya.
“Banyak hal yang mau saya luruskan sebelumnya, terutama soal Kay... saya tahu bagaimana perasaan Bu Chelsea pas lihat saya masih berdua dengan Kay dua hari yang lalu dan di sini saya gak mau menyangkal apapun, saya cuman minta maaf kalau emang itu cukup mengganggu—”
“Bukan cukup mengganggu ya emang sangat mengganggu! Lo deketin Maya ketika lo sendiri belum selesai sama masa lalu lo, dan gue gak nyiduk lo sekali doang ya... waktu di rumah sakit setelah gue kontrol, gue lihat mantan lo itu dateng dan meluk lo di depan banyak orang!”
Jingga memencak kedua matanya.
“Gini lho, Jingga...” Chelsea mengusap matanya gusar, “Lo sama Maya itu sama-sama terjebak di masa lalu, gue paham kok tapi kalian beda situasinya... bayangin kalo Maya yang ditinggal mati sama pacarnya dan dikecewakan sama lo dalam satu waktu, dia gak bisa balik ke siapa-siapa....”
Pemuda itu mengepal kuat tangannya.
“Bu Chelsea—”
“BISA GAK JANGAN PANGGIL IBU TERUS?? INI LAGI GAK DI RUMAH SAKIT!”
Jingga menarik napasnya dalam-dalam, “Che-Chelsea...?”
“Gitu kek dari tadi.”
“Oke saya lanjut kalimat saya,” Jingga menegakkan tubuhnya, “Sekali lagi saya minta maaf kalau ada perilaku yang membuat Maya terluka dan kamu jadi gak percaya sama saya, saya juga ngerti keadaan Maya, sosok Ghaza yang gak bisa lepas dari kehidupan Maya saya juga mengerti, tapi di sini izinkan saya meluruskan lagi.” “Betul, memang kemarin masa lalu saya belum sepenuhnya selesai. Saya masih bimbang dengan perasaan sendiri, di kepala saya masih teringat kenangan saya dengan Kay karena bagaimanapun hubungan saya dengan Kay itu 8 tahun. Kemarin-kemarin saya masih terbawa suasana sama Kay, saya minta maaf.”
Wajah tegang Chelsea perlahan memudar.
“Tapi sekarang saya sadar kok, sebenarnya hati saya lebih memilih siapa dan dengan siapa masa depan saya, itu Maya. Wanita pilihan saya jatuh kepada Maya.”
Chelsea memundurkan tubuhnya, “Apa... alasan lo memilih Maya?”
“Banyak, sampai saya gak bisa sebut satu-satu,” Jingga terhenyak, “Buat saya Maya itu perempuan ajaib, dia punya banyak hal yang buat saya gak mau ninggalin dia... Selama 8 tahun hubungan saya dengan Kaynara, saya tidak pernah merasa benar-benar nyaman sebagaimana saya di dekat Maya.”
Wanita di hadapannya terdiam.
“Maya gak hanya buat saya nyaman, tapi dia juga menganggap keberadaan saya. Saya sangat senang ketika dia merasa butuh dilindungi dan datang ke saya, atau menatap saya dengan mata berbinar-binar...”
Entah kenapa gue teringat Gama dari kata-katanya Jingga....
“Saya mau menjadikan Maya sebagai wanita pendamping saya, mulai sekarang dan juga masa depan.”
“Hmm....” Chelsea bergeming sejenak, “Lo... yakin?”
“Yakin.”
“Kalo lo yakin, gue akan bantu kalian.”
Jingga tersontak, “Ba-Bantu apa?”
“Bantu mastiin Maya move on dari Ghaza.”
Mendengar ungkapan Chelsea membuat Jingga tak enak hati.
“Ka-Kalo itu proses aja, Chel, saya gak maksa dia harus move on detik itu juga, seperti yang kamu bilang kalo situasinya Maya beda sama saya.”
“Ya gak adil dong kalo cuman lo yang usaha? Lagipula emang udah saatnya kok kita semua mengikhlaskan kepergian Ghaza, dan berhubung lo ini mirip banget ya sama Ghaza... Maya harus bisa lepas dari bayang-bayang Ghaza buat lanjutin hubungannya sama lo.”
Seandainya... Seandainya Tuhan mengizinkan saya untuk bertemu Ghaza dalam mimpi....
“O-Oke kalau gitu, tapi beneran saya gak maksa lho.”
“Iyaa tahu, gue gak bilang lo yang maksa kok,” gelak tawa Chelsea pecah, “Tapi....”
Gadis itu maju untuk mencubit lengan Jingga keras-keras sampai pemuda itu merintih kencang.
“Itu balasan karena buat Maya patah hati! Belum aja gue pukul lo!”
“Sakit banget! Duh itu nyubitnya pake tenaga kuli apa gimana?!”
“JANGAN NGEREMEHIN KEKUATAN EMAK-EMAK, MAKANYA AWAS KALO LO SAKITIN MAYA LAGI!!”
Masih untung nyawa lo selamat, Jingga....