Unspoken Truth

CW // Mentioning Sexual Harassment, Toxic Relationship, Sensitive Topic.

“E-E-ERIKA TSABITA???!!!”

Kehadiran Erika di rumah Shashi tentunya disambut sangat antusias oleh Riana dimana ia juga sangat menyukai semua film yang dibintangi sang artis idola. Erika dikenal dengan kemampuan aktingnya yang luar biasa belum lagi kegigihannya, namun bagi Erika sendiri, pencapaiannya saat ini masih belum dikatakan cukup. Ia belum puas dengan sinarnya sebagai seorang bintang.

“SUMPAH AKU SUKA SAMA SEMUA FILM YANG KAKAK BINTANGIN, KEREN TOP MARKOTOP POKOKNYA KAK ERIKA TSABITA THE BEST DEH!” Riana tak henti mendecak kagum sampai Erika sendiri merasa kikuk.

“Udah sana tidur di kamar kakak, besok kamu ada kuliah pagi kan?” titah Shashi.

“Emang aku gak boleh tidur sama Kak Erika?”

“GUA GEBUK LU YA!”

Riana lari terbirit-birit, melihat pertikaian kecil antara dua saudara ini cukup mengundang tawa bagi Erika.

“Sorry ya, emang itu adik saya agak bebel kalo di kasih tahu.”

“Enggak kok gapapa, justru saya makasih banget udah dibolehin numpang tidur di sini, beneran deh Mbak Shashi nolong hidup saya!”

Shashi tersenyum miris.

“Tunggu dulu ya di sini, biar saya rapihin dulu kamarnya setelah itu kita ngobrol,” Shashi mengambil satu kartu nama dan menyodorkannya ke Erika Tsabita, “Saya pengacara, jadi feel free to tell me anything, Mbak Erika.”



Shashi menyuguhkan dua cangkir teh chamomile hangat dengan beberapa kue toples. Erika merasa canggung dilayani seperti ini oleh seorang Shashi Amara, tapi entah kenapa ia dapat merasakan bahwa semua tindakan Shashi ini benar tulus.

“Diminum dulu baru kalau perasaannya udah enakan, cerita pelan-pelan.”

Erika meneguk minumannya, “Terima kasih.”

Mereka hening sejenak sampai Erika mulai menarik napasnya dalam-dalam untuk memulai cerita.

“Hubungan kami berdua memang sudah salah pada awalnya, Mbak Shashi.”

Shashi mendelik.

“Kami bertemu dalam satu project film dan Kak Jordan adalah produsernya, dia memiliki latar belakang yang bagus di dunia perfilman dan ternyata ketika saya terpilih sebagai artis yang membintangi filmnya... itu ada maksud dibaliknya,” Erika mencengkram kuat tiap jemarinya gusar, “Saya dijual oleh perusahaan yang menaungi saya.”

Jantung Shashi seolah berhenti berdetak. Dunia hiburan bisa sekejam itu?

“Karena saya tidak menuruti permintaan pihak manajemen jadi Kak Jordan meminta saya untuk jadi pacarnya, setidaknya itu keringanan tapi justru malapetaka besar,” Erika menitikkan air matanya, “Hubungan kami baru berjalan 3 bulan tapi udah di publikasikan, jadi kalau putus nanti... nama baik saya yang terancam.”

Shashi tak hanya diam mendengarkan, tangannya sejak tadi mencoret-coret sebuah skema dari permasalahan Erika.

“Saya gak tahu harus gimana... mungkin memang ini akhir dari perjalanan karir saya, hahaha....” Erika tertawa miris. Shashi dengan simpati menggenggam telapak tangan Erika yang dingin, memberikan sedikit dukungan emosional agar wanita di sampingnya itu tidak merasa sendiri.

“Saya bantu upayakan agar Mbak Erika dapat keadilan,” ucap Shashi dengan senyum hangatnya. Erika terhenyak.

“Kamu... berubah ya dari 7 tahun yang lalu.”

Shashi tersontak.

“Saya masih ingat betul dulu waktu kamu di reality show bareng Kak Rivan, dari dulu kamu emang keren tapi sekarang kamu makin keren.”

Bola mata Shashi semakin membesar, memori lalu yang seharusnya tak lagi muncul lagi-lagi terbayang di kepala.

“Kamu sama Kak Rivan sama-sama keren.”

Shashi hanya tersenyum tipis.

“Kak Rivan juga dulu melewati hal terberat dalam hidupnya, dia bisa bangkit dari keterpurukannya 7 tahun yang lalu setelah dibuat hancur berkeping-keping sama Om Rafi. Keren banget deh!”

Dibuat hancur berkeping-keping?

“Maksudnya... dibuat hancur berkeping-keping itu gimana?”

Erika kaget, “Lho kamu gak tahu kasusnya Kak Rivan 7 tahun yang lalu?”

Shashi menggeleng cepat.

“Kak Rivan kesandung kasus pelecehan seksual, dan itu semua cuman fitnah belaka yang dibuat Om Rafi buat hancurin karirnya Kak Rivan.”

Semesta seketika berhenti berputar.