Under The Moonlight


CW // Mentioning of kiss


“Anjing juga suaminya.”

“Ya kan, Gam?! Daritadi gue udah mau banting TV cuman gue takut cicilannya belum lunas kan gak lucu.”

“Gue belinya cash, by the way.

Sepasang kekasih itu sedang menikmati waktu bersamanya menonton drama Korea. Drama yang ditonton kali ini memang cukup menyulut emosi terlebih ini adalah drama tentang perselingkuhan, siapapun yang menyaksikan pasti ingin menerkam para antagonisnya.

“Itu si ibu dokter ngapain sama temennya si suami?” tanya Gama begitu sudah sampai di adegan dimana tokoh utama wanita sedang menikmati candle light dinner romantis dengan salah satu tokoh antagonis. Chelsea mengangkat dua bahunya pertanda ia juga tak tahu. Keduanya masih fokus menyaksikan bagaimana adegan selanjutnya yang masih menjadi misteri.

Mata keduanya seketika melotot.

“O-Oh, wow...?” Gama meneguk salivanya bulat-bulat, ternyata yang mereka nantikan scene setelahnya adalah adegan dewasa yang cukup eksplisit. “Tontonan lo kayak gini, Chel?”

“Ya... EMANGNYA KENAPA? GUE UDAH GEDE!!” Chelsea hendak merebut remot TV dari tangan Gama tapi justru suaminya dengan usil mengangkat lagi remotnya tinggi-tinggi agar Chelsea tak dapat meraih TV-nya.

“Mau ngapain?”

“MAU MATIIN TV-NYA LAH!”

“Kenapa di matiin? Emang udah selesai filmnya?”

“Ya-ya gue mau matiin aja, emang gak boleh?!”

Gama mendekatkan wajahnya kepada sang istri hingga jarak antar tatapan mereka hanya sejengkal, deruan napas mereka saling beradu dengan aroma mint bercampur dengan semangka dari keduanya. Mereka terpaku dengan posisinya masing-masing. Chelsea mendorong pelan tubuh Gama lalu duduk tegak tanpa menatap lagi kedua mata Gama. Telinganya sudah memerah padam, dalam hatinya sudah gemuruh dengan semua kutukan yang ia tuju untuk suaminya.

“Chel,” Gama memanggil gadis disampingnya agar tak ada lagi hening yang memenuhi suasana. Chelsea hanya memanggut kepalanya sebagai respon.

“Have you ever kissed someone before?”

Pertanyaan Gama membuat Chelsea melongo, gadis itu memekik kesal lalu memukul suaminya dengan bantal berukuran besar itu bertubi-tubi. Bagaimana tidak? pertanyaan itu terlampau sensitif dan bisa-bisanya Gama menanyakan hal itu dengan sangat enteng.

“Gue nanya doang, astagaaa!”

“MAKSUD LO APA NANYA GITU—”

“Pernah atau enggak?”

Chelsea mengatup bibirnya rapat-rapat, ia memaling wajahnya lalu menggeleng cepat sebagai jawaban. Gama mengangguk paham, iris karamelnya terus mengikuti pergerakan Chelsea yang gelisah. Menggemaskan, begitu pikirnya. Tangan besarnya menarik lengan mungil Chelsea agar gadisnya mau saling beradu tatap dalam rayu. Nuansa ruangan itu sudah berubah, tak lagi dingin dan juga hening. Suhu ruangan sudah dipastikan bersuhu 18 derajat tapi keduanya malah merasa hangat. Gama menatap tiap fitur wajah cantik istrinya dari dua iris legam yang bulat nan bulu mata indahnya begitu lentik, hidung mungilnya lalu terhenti di bibir ceri milik Chelsea yang merekah.

“Gue juga belum,” Gama berucap pelan dengan bisikan yang terdengar seduktif, seketika bulu kuduk Chelsea merinding. “You wanna try?”

Chelsea membelelakkan matanya, “Co-Coba apaan? Maksudnya gimana?”

“I can teach you.”

Gadis itu menghempas tawa kecilnya, “Ngajarin apaan, katanya belum pernah?”

Gama menyungging senyum miringnya lalu mendekatkan lagi wajahnya hingga jarak mereka hanya tinggal se-senti, “Belum pernah bukan berarti gak bisa kan?” bisiknya lagi. Chelsea kembali terpaku, mata sayu Gama menatapnya begitu lekat seraya jemari kokohnya mulai menyisipkan anak rambut milik gadis mungil itu. Perlahan ia mengelus pipi istrinya agar suara jantung yang sejak tadi bergejolak hebat mulai berdetak sesuai temponya. Gama kembali memberikan senyuman tipisnya.

“I will teach you step by step, close your eyes, Chel.”

Bagai di sihir oleh mantra, Chelsea mengikuti pinta Gama dan memejam rapat kedua matanya gugup. Gama terkekeh pelan, pertama-tama ia mendaratkan satu kecupan di kedua mata perempuannya yang mengerut tegang. Chelsea menghayati satu kecupan hangat itu dengan dalam, hatinya menjadi berbunga-bunga dengan seribu kupu-kupu yang berterbangan di bawah perutnya. Kenapa hanya dengan satu kecupan saja bisa membuat orang se-bahagia ini?

Gama melepas kecupannya, lalu memandang lagi wajah Chelsea yang sudah tenggelam dengan kehangatan yang ia buat. Retinanya melirik ke bibir ceri sang gadis yang merah merekah, perlahan ia mendekat lalu meraih bibir manis itu dengan kecupan pelan lagi.

Her first kiss, and all the history now belongs to Gamaliel Arkananta.

Ia melepas lagi lalu mengusap pelan pipi gadis kasihnya hingga iris legamnya kembali terbuka, napas mereka kini saling beradu cepat.

“Tadi namanya kecupan, and now i will teach you the real one.

Chelsea memejam matanya lagi tatkala Gama mendekati wajahnya dan mengecup bibirnya yang kedua kali. Kecupan lembut itu berangsur-angsur menjadi lumatan yang menuntut. Tangan besarnya menangkup erat pipi gadisnya dan pandangannya tak luput memastikan posisi Chelsea tetap nyaman. Bibir gadisnya yang terasa manis mendadak jadi candu bagi Gama, keduanya terjebak dengan zona nyaman mereka.

Mereka sudah tenggelam, dengan pusaran zona nyaman yang tak pernah mereka bayangkan akan telampau pada titik ini. Malam dibawah cahaya rembulan menyapa dari jendela, Gama dan Chelsea sudah menggebrak satu batas yang sudah mereka janjikan dalam satu surat bermaterai.

Meskipun mereka belum mengatakan untuk saling cinta tapi hati keduanya kini sudah saling terhubung.

Chelsea melepas tautannya, mengambil pasokan oksigen lebih banyak. Mereka saling menatap lagi, Gama mengulas senyum tipis sambil mengusap lembut pipi gadisnya.

“Anu... Gam, gue mau tidur sekarang....”

“Kenapa?”

“Besok kuliah pagi.”