The Real You

“Aisyah,”

“Ya?”

“Saya laper.”

Jovian mendecih remeh begitu melihat wajah manja Naresh di hadapan gadis muda yang sedang telaten mencampur aduk bubur plain yang di campur sop ayam bening.

“Bisa-bisanya lo curi kesempatan ya, Res, pas lo sakit gini,” sindir Jovian geleng-geleng.

“Apa sih? Aisyah kan perawat jadi dia harus ikutin apa kata pasien.”

“Aisyah lagi off bro, masih aja mau nyangkal lo ah.”

Naresh hanya mendengus jengkel dan memfokuskan lagi dirinya untuk melahap satu suap dari Aisyah.

“Ack! Masih panas supnya...” lirih Naresh manja.

“Oh iya di dinginin sebentar ya,” Aisyah mengayunkan pelan satu sendok buburnya itu hingga uap yang di atasnya berhenti mengebul. Naresh mengulum senyum manisnya lebar, bagaimana tidak? Ia sangat bahagia begitu wanita kasihnya dengan setia mendampinginya seperti saat ini.

CKREK!!

Ketiganya sontak menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati sosok wanita cantik berambut lurus jatuh itu tengah menjepret kebersamaan Naresh dan Aisyah.

“Wah, asik banget nih jadi laporan tambahan buat Kak Haidar.”

Eliza tertawa remeh.

“Gimana kondisi lu, Res? Udah jauh lebih baik kan?” Eliza mulai mengambil beberapa peralatannya seperti buku dan alat perekam suara sebagai dokumentasi pekerjaannya, “Gue mau minta keterangan kesaksian lo selama di TKP, dari awal kejadian sampai terakhir kali yang lo inget.”

Naresh mendeham, “Buset dah pelan-pelan apa, gue gini-gini orang sakit, Liz.”

“Oh? Kelihatannya lo udah gak sakit kok? Kecuali tadi sih buat manja-manjaan sama Aisyah.”

Naresh skakmat dan netranya menghindari kontak dari Aisyah.

“Eliza?”

Eliza mendelik begitu suara bariton di belakangnya itu menyebut namanya.

“Ah, gue ampe gak sadar ada orang lain disini,” Eliza tersenyum penuh arti.

Jovian dengan senyum sapanya mengulurkan tangannya ke Eliza, “Lama gak jumpa, ya, gue denger lo jadi detektif di kepolisian pusat. Keren.”

Wanita itu menghempas senyum kecilnya dan maju dua langkah dari tempatnya mendekati Jovian.

“Iya ya, lama gak jumpa...”

SET, PLAAKKKK!!!!

Naresh dan Aisyah langsung terkesiap begitu menyaksikan satu tamparan keras yang melayang tepat di pipi Jovian hingga pria itu jatuh terpental.

”... Cowok brengsek.”

Aisyah yang hendak menolong Jovian langsung terhentak ke belakang karena tarikan Eliza, lalu Eliza tak segan-segan menarik kerah baju Jovian dan memberikan tatapan membunuh terhadap pria yang pernah merusak masa depan sahabatnya itu.

“Sangat di sayangkan dalam negeri kita yang tercinta ini, kita harus kedatangan laki-laki sampah yang berhasil merenggut masa depan orang, tapi dia dengan sangat tidak tahu diri masih aja berkeliaran bak anjing liar tanpa perasaan dosa sedikit pun...” Eliza lagi-lagi mendekatkan wajahnya ke Jovian, “Lo... harus bayar semua perbuatan lo, Jovian...”

Aisyah dan Naresh diam mematung karena tak mengerti situasi mencekam antara Jovian dan Eliza, “Eliza! Lo apa-apaan sih ngehajar orang gak salah kayak gitu?!” Naresh menyahut.

“Apa? Orang gak bersalah?” Eliza menghentak kepala Jovian hingga terbentur ke lantai dan berjalan gagah menuju Naresh, “Lo gak tahu apa yang diperbuat sama Jovian selama ini?”

“A-Apa?!”

Eliza mendekati telinga Naresh, “Lo gak tahu ya... sahabat lo ini... kabur keluar negeri karena habis ngehamilin cewek?”

Mata Naresh membulat sempurna dan Aisyah yang tak mendengar kalimat itu hanya bisa celingukan takut.

“Ngehamilin cewek? Lo gila, Liz! Siapa yang di hamilin Jovi?!”

Eliza tersenyum miring, “Lo gak heran dulu kenapa Jovian pergi keluar negeri itu barengan dengan berita hilangnya Angel?”

Naresh shock bukan main.

“Anak yang sekarang Angel besarkan penuh cinta itu... sangat disayangkan, harus memiliki seorang ayah biologis yang brengsek dan gak tahu malu seperti Jovian.”