Suprise
Lagi-lagi, Anela masih duduk di depan laptopnya selama 5 jam berturut-turut.
TEP! Haidar dengan wajah jengkelnya langsung menutup maksa laptop Anela.
“Mas?! I-Itu pekerjaan aku—”
“Cukup!”
Anela tersontak dengan satu gertakan suaminya itu.
“Lama-lama saya muak lihatnya, kamu terlalu berlebihan! Saya tahu memang sulit mengerjakan skripsi tuh, tapi yang lebih sulit lagi kalau kamu nanti sakit dan gak bisa ngerjain apa-apa lagi termasuk ngerjain skripsi kamu ini!” “Istirahat sehari, dua hari bukan kriminal, Maryam, tolong lah jangan buat saya khawatir...”
Greet!! Anela bangkit dengan emosinya yang memuncak sambil menatap tajam suaminya itu.
“Mas, apa salahnya aku mau maksimal dengan skripsiku biar bisa lulus cepet dan fokus dengan pernikahan kita?! Kamu pikir aku kayak gini untuk siapa kalo bukan untuk kita?!”
“Saya gak minta kamu sampai memaksakan diri kayak gini! Kerjakan pelan-pelan, jalani semuanya pelan-pelan nanti pasti akan ada jalannya!” “Manusia macam apa yang bisa kerja 24 jam full, Maryam?! Dulu waktu saya fokus nulis buku, bukannya kamu sendiri yg bilang kalau kita ini bukan robot dan kerjakan semuanya perlahan?! Sekarang kamu sendiri kerja udah jauh ngalahin robot!”
“Karena ini demi kebaikan kita, Mas!”
“Enggak, kalo kamu sakit itu tidak akan menjadi kebaikan untuk kita!”
“Mas Haidar bisa gak sih ngertiin aku sekali aja?! Kenapa sih gak mau hargain usaha aku sekarang?! Hah?! Emangnya Mas pikir aku gak merasa bersalah apa semenjak testpack itu?!”
“Maryam saya sudah bilang kita jalani semuanya pelan-pelan, gak usah ngerasa bersalah, perjalanan kita masih panjang!”
“Gak bisa, Mas, pokoknya aku harus selesai...”
BRUK. Tubuh Anela langsung lunglai dan terkapar lemah di hadapan Haidar.
“Maryam?! Maryam?! Astagfirullah hal adzim!”
Anela tak sadarkan diri.
“Selamat ya, Pak.”
Haidar melongo, “Ya-Ya?”
“Istri bapak hamil, anak kembar.”
Haidar lagi-lagi membesarkan matanya, “Ha-Hamil? Anak...kembar?”
“Iya, disini terlihat ada dua detak jantung di perut bundanya jadi kemungkinan besar saat ini... istri bapak lagi mengandung anak kembar.”
Haidar tak bisa mengedipkan matanya lagi, ia melihat perut istrinya itu yang baru terlihat membesar setelah posisinya Anela tidur telentang.
“Ta-tapi... kita sempat testpack dan hasilnya negatif, Dok...”
“Memang ada beberapa kasus hamil kembar tuh, biasanya kalo di cek pake testpack itu hasilnya masih negatif palsu karena pada saat itu hormon hcG yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan biasanya ketika bundanya hanya mengandung satu janin.” “Istri bapak juga kayaknya lagi kecapekan banget, karena sekarang lagi hamil anak kembar... tolong ya pak di kontrol pekerjaan istrinya. Sekarang sementara waktu ini di rawat dulu aja disini sehari sampai fit badannya, setelah itu begitu sampai di rumah pun tolong di kurangi aktivitasnya.” “Saya sengaja kasih obat yang kasih efek samping ngantuk untuk bundanya karena saya lihat, bunda lagi stres berat dan kurang tidur.”
Haidar tak henti mengucapkan kalimat syukur bahkan hampir menangis disana. Bagaimana tidak? Haidar sebentar lagi akan jadi seorang Ayah, terlebih lagi... Ayah dari dua malaikat kecil yang ada di perut istri tercintanya.
Haidar mengecup kening istrinya yang masih terlelap itu, menurun lembut ke tangan lembut wanitanya dan membiarkan tangannya itu mengusap satu air mata yang lolos dari mata pria berparas eksotis itu.
“Kita berhasil, Maryam... selamat untuk kita berdua...”