Semua Pernah Melaluinya

Anela menggenggam kedua sikunya gundah, melihat pesan dari suaminya yang bernada murka tapi... memang dirinya sedang butuh waktu untuk menata kembali hatinya.

“Anela, nih dimakan dulu croissant-nya, isi nutella kesukaan kamu.”

Rebecca meletakkan satu nampan besar, 2 croissant yang tersaji di atas piring merah muda milik Anela di atasnya, dirinya benar-benar merindukan suasana rumah ini.

Anela duduk di pinggiran kolam renang, mencelupkan kakinya sebetis sambil memain-mainkan kakinya itu guna menghilangkan semua kegelisahannya.

“Lagi ada masalah ya sama Haidar?”

Pertanyaan Rebecca cukup menohok dada Anela.

“Ah enggak kok.”

“Gak usah bohong, sayang, Mama tuh tahu kamu banget...” “Kamu tuh paling gak bisa bohong.”

Anela mencibir, “Ish, selalu gitu bilangnya...”

Rebecca terkekeh, “Kenapa sayang? Ada apa...?”

Anela menghela nafasnya panjang, setiap bayangan wajah Haidar itu melintas di kepalanya entah kenapa dadanya jadi terasa sesak...

“Entahlah, aku cuman ngerasa... kayaknya hati kita gak sama, Mah.”

“Gak sama gimana?”

“Ya gitu... kayaknya cuman aku yang mencintai Mas Haidar sepenuh hati sedangkan Mas Haidar... masih belum mau buka hatinya untuk aku.” “Kita menikah, tapi seolah itu hanya menambah tanggung jawabnya aja... padahal bukan itu pernikahan yang aku mau.”

Anela hanya bisa cemberut sambil menghentakkan kakinya di air hingga menyiprat sepercik buliran bening itu ke wajah keduanya.

“Bagaimana cara Haidar memperlakukan kamu?”

“Ya baik sih, DIA TUH PINTER GOMBAL MAH, tapi kalo di depan orang langsung balik lagi jadi dingin, cuek, kaku kayak kanebo!” “Kadang-kadang aku suka dibuat kaget sama tindakan manisnya tapi kan, bukannya cowok tuh paling lihai ya bertindak manis padahal hatinya menolak?”

Rebecca hanya bisa tertawa melihat anak gadisnya yang gundah karena perihal asmaranya, memang Anela terlihat seolah sudah dewasa tapi di mata sang Ibunda, Anela tetaplah tuan putri kecil yang hobinya merengek seperti sekarang.

“Anela, kamu tahu kan gimana kisah pertemuan Mama sama Papa dulu?“tanyanya seraya mengelus lembut pucuk kepala putrinya itu

“Hmm dijodohin Eyang juga kan ya?”

“Iya, dan pada saat itu... ternyata Papa lagi pacaran sama wanita lain.”

Anela melongo, “SERIUUUSSS???!!!!”

“Iya, Mama nih seolah-olah jadi perusak hubungan orang gitu lho wong Mama gak tahu ya kalo Papa lagi pacaran namanya juga di jodohin, dulu malahan kita maunya kawin kontrak lho, Nel.”

“KAWIN KONTRAK?! IH PAPA JAHAT!!!”

“Iya, jadi kita akan jalani pernikahan ini selama 2 tahun sampai perusahaan Eyang lebih stabil, terus setelah itu... kita bercerai. Papa lagi itu dingin sekali, Mama cuman bisa nelen pahit sendiri karena dia benar-benar serius dengan pacarnya sampai pada akhirnya...” “Pacarnya selingkuh sama sahabat Papa, dan Papa gak punya tempat pulang lagi selain Mama.”

Ternyata Papa sama Mama pernah melewati gonjang-ganjing kehidupan rumah tangga kayak gitu...

“Akhirnya kita sama-sama belajar untuk saling mencintai, dan yaudah deh, lahirlah Bang Jeffry sama kamu, Anela, hahaha...” “Anela sayang, gini, maksud Mama menceritakan kisah Papa sama Mama dulu adalah untuk memberi gambaran bahwa yang namanya hidup berumah tangga itu gak semuanya seindah dongeng-dongeng tuan putri bertemu pangerannya tapi ini perihal menyatukan dua kepala dengan kebutuhannya masing-masing. Dua kepala ini juga pasti memiliki kesulitannya sendiri, nah disitulah yang menjadi tantangan kita untuk menghadapi itu.” “Kalau kita sudah lewati itu semua, udah deh, semuanya jadi lebih mudah kita lewati sama-sama dan lebih banyak bersyukurnya dengan momentum yang ada. Yah meskipun Papa kadang-kadang galak, ngeselin, kaku tapi Mama bersyukur dengan kehadiran Papa di hidup Mama...” “Karena Papa, Mama bisa melahirkan permata-permata Mama yaitu kamu dan Bang Jeffry... hihihi...”

Anela bergeming panjang, Kapan ya aku bisa melewati semuanya... baru segini aja berat banget...

“Jadi ya, selama Haidar masih menghargai kamu sebagai seorang wanita dan istrinya... kamu harus mau terima semua kekurangannya, kalian tuh hidup bersama bukan untuk saling menyempurnakan, tapi saling melengkapi...” “Paham ya, sayang?”

“Hmm...”

“Ehem.”

Suara bariton dari seorang pemuda berusia 28 tahun itu mengejutkan Anela dan Rebecca yang sedang berbincang antar hati.

“Gosip mulu heran, mana sebut-sebut nama Abang”celetuk Jeffry sambil mencomot satu croissant milik Anela

“EH ITU PUNYA GUE!!!“pekik Anela

“Elah bagi dikit! Masih banyak di kulkas, ntar bawa aja semua noh sekalian bawain buat laki lo!”

“Yaudah beneran potong setengah persen.”

Sang Ibunda mengerut dahi, “Setengah persen?”

“EEHHHH ENGGAK MAH ENGGAK, ANELA! GUE PUKUL LO YA!!”

“Yeuh, umur doang 28 kelakuan bener-bener masih kek remaja labil.” “NIKAH DONG MAKANYA!!!”

“Ya Allah turunkan hamba-Mu ini bidadari cantik nan sholehah yang akan menjadi istri hamba, Ya Allah... capek bener di dzalimin adek sendiri...”

Rebecca tersenyum penuh arti, “Kalo Anela... kapan dong punya momongan...? Mama mau gendong cucu nih...”

Anela skakmat di tempat.