Selamat Datang
Di ruangan redup itu, Anela tak sanggup bernafas. Tekanan perutnya yang ia hempaskan sekuat tenaga, saat ini Anela benar-benar perang antara hidup dan mati untuk kedua buah hatinya.
“Ayo, bunda... pelan-pelan tarik nafasnya... lalu hembuskan...”
“Ughh!! Sakiitt!!! HUWAAAA!!!”
“Sedikit lagi ya, Bunda...”
“Gak kuaatt!! Huwaa!! Sakitt!!”
Di tengah perjuangannya...
“Maryam! Kamu bisa!”
Suara itu menghentikan rintihan keras Anela.
“Maryam... maaf tadi saya gak nemenin kamu sidang... maaf ya...” “Saya temenin kamu disini dari jauh... kamu bisa, Maryam...”
Suara purau Haidar menjadi kekuatan Anela, wanita itu menarik nafasnya dan kembali membulatkan tekad untuk memperjuangkan hidupnya dan kedua malaikat kecilnya hari ini.
“Istighfar, Maryam... pelan-pelan ya sayang...”
Disitu ada tangan Darren yang menggenggam erat tangan putrinya, sang suster membantu memegang ponselnya untuk memperlihatkan Haidar kondisi Anela yang tengah susah payah berjuang antara hidup dan mati, disitu satu tetes air mata lolos dari pelupuk mata Haidar. Suaranya yang bergetar terus menyemangati istrinya yang masih terus berjuang.
Hingga akhirnya...
Setelah berjam-jam waktu tlah berlalu...
Anela merasa sangat lemas tak berdaya.
“Wah... Alhamdulillah, bayinya sehat dua-duanya... yang jadi kakaknya perempuan, kalau yang jadi dedeknya laki-laki...” “Selamat ya, Pak, Ayah dan Bunda...”
Anela tak sanggup berkata-kata bahkan tenaganya saat ini sudah terkuras habis. Sang dokter menunjukkan wajah mungil kedua buah hatinya yang kini menangis kencang.
Seketika rasa sakit dan lelahnya melebur menjadi kebahagiaan yang tak terkira... kini Anela sudah resmi menjadi seorang Ibu...
Anela benar-benar bahagia...
“Ayah... mau adzanin anaknya?“pinta sang dokter kepada Haidar, dari layar ponsel itu Haidar juga tak berhenti menangis bahagia.
“I-Iya dok... boleh... Papa juga boleh ikut adzanin bareng saya ya... biar jelas...”
Darren tersenyum teduh, “Iya, Haidar.”
“Allahu Akbar, Allahu Akbar...”
Lantunan adzan dari Haidar dan Papanya menenangkan Anela hingga wanita itu memejam matanya. Hatinya sekarang benar-benar terasa damai.
Akhirnya Anela memejam matanya terlelap bersama hati yang berbunga-bunga.
Ibrahim El Fatih Aminah Haliza Azzahra
Kedua nama itu sudah di tulis rapih dalam papan keranjang, bersama kedua bayi mungil yang terlelap begitu dalam setelah lama menangis.
Anela perlahan membuka matanya, mendapati dirinya sudah tidur di ruangan VIP, ia menoleh ke samping melihat kedua malaikat kecilnya terlelap nyenyak.
“Wah... kalian juga tidur nyenyak yah...“ucap Anela sambil tersenyum henyak.
Kriet... Papa Anela hadir membawa satu kantung plastik besar entah apa isinya.
“Papa...”
“Anela udah enakan?”
“Lumayan...”
“Kamu tidur 2 hari full lho.”
Anela melotot, “Hah? 2 hari?!”
“Iya, Papa sampe takut kamu kenapa-kenapa tapi kata dokter gapapa, energi kamu emang habis terkuras”Papa Anela mengelus anak rambut putrinya itu dengan lembut, “Selamat ya, Anela, dan terima kasih sudah mau berjuang untuk anak-anak ini...”
Anela menitikkan air mata harunya, ia masih tak menyangka bahwa dirinya saat ini sudah resmi menjadi seorang Ibu.
“Maryam?!”
Anela terkejut bukan main, sosok pria bertubuh tegap dengan koper dan tas jinjingnya menatap Anela intens dari ujung pintu sana.
“Mas Haidar?! Ko-Kok kamu disini—”
GREP!! Haidar memeluk erat-erat tubuh mungil istrinya dan membiarkan air matanya jatuh membasahi bahu Anela.
“Ya Allah... Alhamdulillah, Ya Allah... kamu sudah berjuang, Maryam... terima kasih sudah mau berjuang untuk anak kita...“lirih pria itu dengan tangannya yang terus mengeratkan pelukannya
Kini kebahagiaan Anela sudah lengkap, suaminya kini datang menyaksikan langsung kedua malaikat kecilnya yang sudah lahir di dunia.
Wajah bahagia Haidar terlukis sempurna begitu ia bisa menggendong kedua buah hatinya satu per satu, lalu membacakan beberapa kalimat doa dan meniupkan ke ubun-ubun mungil bayinya. Tak lupa Haidar memberikan jejak kecupan kecil di kening buah hatinya.
“Haidar panik banget pas denger kamu gak bangun seharian, dia langsung minta Pak Romi pesankan tiket pulang dan begitu mendarat pun, dia langsung ngebut ke rumah sakit sini”cicir Papa Anela sambil tertawa geli melihat tingkah anak menantunya yang kegirangan melihat kedua bayinya yang masih terlelap.
Anela ikut terkekeh, dia pun dengan senang hati menyambut kehadiran tiga orang terkasihnya sekaligus disini.
“Mas, kerjaan kamu di Mesir gimana?“tanya Anela
“Hm?“Haidar menurunkan Ibrahim ke ranjangnya, “Tenang aja, sebagian besarnya udah beres cuman di maintain sedikit lagi. Sekarang saya lagi lowong sampai minggu depan nanti.”
“Minggu depan kamu balik lagi ke Mesir?”
Haidar mengangguk lesu, “Yah... kayaknya gitu...”
Anela menjawab oh ria seraya menundukkan kepalanya.
Pria itu langsung duduk di samping ranjang istrinya dan merangkul lengannya. Tangan besarnya menepuk-nepuk lengan Anela lembut, Anela akhirnya bisa menyandarkan lagi kepalanya di bahu sang suami setelah 2 minggu lebih mereka saling menahan rindu.
2 minggu pun rasanya seperti 2 tahun.
“Maryam...”
“Ya, Mas?”
“Terima kasih ya.”
“Untuk?”
“Semuanya, kamu sudah melakukan semuanya yang terbaik sebagai istri saya.” “Kehadiran kamu benar-benar hadiah dari Allah untuk saya, Maryam.”
Anela mengulum senyum simpul, “Begitupun kehadiran Mas Haidar dalam hidup aku... Allah menjadikan kehadiran Mas Haidar sebagai jalanku untuk menjadi manusia yang lebih baik...” “Aku bersyukur, Mas Haidar bisa menjadi bagian dari hidup aku.”
Kedua insan yang saling mencintai itu sama-sama berucap syukur satu sama lain, belum lagi kehadiran kedua malaikatnya yang akan menjadi bagian hidup baru mereka turut menambahkan suasana bahagia mereka.
5 Januari,
Sudah tercatat sebagai awal sejarah Haidar dan Anela membangun keluarga kecil barunya.
Selamat untuk Haidar dan Anela! :)