Plan B
“Kamu kok pake piyama gitu sih kan mau ada keluarganya Gama,” Ratna dibuat bingung dengan sikap Chelsea yang mengundang tanda tanya besar. Gadis itu dengan sengaja memakai piyama tidur dengan rambut yang tak tertata, disuruh untuk mandi pun ia hiraukan. Dari kejauhan Farhan memerhatikan tiap pergerakan putri semata wayangnya itu. Ia menyungging senyuman miring.
Tak lama kehadiran keluarga Gama tiba, Farhan dan Ratna menyambut kedatangan para tamunya namun ada sesuatu yang mengganjal dari mereka.
“Mamaaaa, jangan jauh-jauh dari Gama~” derai suara manja Gama membuat Farhan mengernyitkan dahinya. Begitupun Adam, Fiona dan Ghaza yang geleng-geleng kepala.
“Gama kenapa, Dam?” tanya Farhan heran.
“Gak tahu, dari rumah juga nempel mulu sama Mamanya gak mau lepas,” jawab Adam dengan lesu.
Tatapan elang Farhan yang menusuk itu terus menelisik pergerakan Gama yang sedang memaut bibirnya manja di hadapan Fiona. Suasana mereka berubah canggung, sampai kehadiran Chelsea juga sukses membuat mereka menganga selebar-lebarnya.
“GAMAAAA!!!” teriak Chelsea dari kejauhan praktis membuat Fiona menutup telinganya rapat-rapat. Farhan melotot ke arah putrinya itu, dan Ratna tak henti menepuk jidatnya. “Gama lama banget!!!” Chelsea sengaja bicara keras-keras untuk melancarkan aksi yang sudah mereka rencanakan, sedangkan Gama dibalik punggung ibunya tersenyum penuh arti.
Pakaian Chelsea saat ini sudah sangat mendeskripsikan sebagai cewek selebor. Kedua orang tua dari masing-masing pihak seolah dihantam keras-keras ekspetasinya. Melihat ekspresinya yang tampak planga-plongo, bisa dipastikan rencana Gama dan Chelsea hampir berhasil.
Farhan dan Ratna mempersilahkan tamunya untuk duduk di ruangan makan. Hidangan khas Eropa yang sudah menjadi keahlian masak Ratna benar-benar mengunggah selera, tapi lagi-lagi tingkah laku Gama dan Chelsea membuat mereka terheran-heran. Gama mengambil tempat duduk duluan lalu menyilang kakinya, tangannya sedikit melekuk dengan gemulai membuat Farhan bergedik ngeri. Chelsea juga mengambil tempat duduknya, dengan iris hitamnya yang intens menatap kedua orang tua Gama, gadis itu sengaja bersendawa keras-keras membuat Ratna praktis memukul lengan putrinya.
“Chelsea apa-apaan kamu heh?!” desis Ratna.
“Kembung mah, duh agak gatel juga badan aku belum mandi dari pagi!” ucap Chelsea dengan sembrono sampai Adam membelelakkan kedua matanya.
Untuk mencairkan suasana canggung akhirnya Farhan mempersilahkan tamunya lebih dulu menyantap hidangnnya lebih dulu. Gama berdiri dan mengucap permisi untuk ke belakang. Farhan memaling cepat, matanya masih intens memerhatikan lagi gerak-gerik pemuda itu yang penuh kejanggalan. Sebenarnya aliran darah Farhan sudah berdesir panas hampir mencapai puncak ubun-ubunnya, kalau bukan karena situasi mungkin amarahnya sudah meledak sejak tadi. Anak-anak kurang ajar, kalian pikir bisa membodohi kami gitu aja, hah?!
Farhan terperanjat di tempatnya begitu mendengar suara siulan riang dari Gama. Dia menoleh cepat ke sumber suara, wajah Gama yang tanpa dosa itu kembali membuat pitamnya naik dengan cepat.
“Ehm, Gama dengan Chelsea—”
“IHH MAMA KOK BIKINNYA PEDES BANGET SIHH??!! CHELSEA GAK SUKAAA!!!”
Sekarang giliran Chelsea yang berulah, tiba-tiba gadis itu merengek layaknya anak kecil, “Pedes bangett aduhhhh gak suka, gak sukaaa!” rewelnya membuat telinga Fiona hampir meledak.
“Aduh mana pedes sih?! Enggak kok, kan kamu biasanya suka makanannya!” tukas Ratna.
“Gak mauuu! Mama udah gak sayang Chelsea yaa?!”
Fiona mengelus dadanya pelan. Di samping Fiona ada Ghaza yang turut menyaksikan aksi dua orang yang membuatnya mengusap wajah gusar. Kenapa gue bisa berada di tengah-tengah dua orang stres ini....
Gama sudah duduk di tempatnya, matanya berbinar melihat spaghetti bolognaise yang tersaji lalu mengambil porsinya dengan sangat rakus. Ratna terkesiap, barusan Gama mengambil tiga sendok besar spaghettinya dan melahap makanan itu sekaligus seperti orang tak makan tiga hari, belum lagi terdengar suara ngecap yang mengganggu selera makan wanita paruh baya itu. Wajah polos dan tampannya sangat berbalik dengan tingkah lakunya sekarang, Ratna dibuat skakmat.
Mereka memutuskan untuk menghadapi situasi aneh ini dengan kepala dingin. Farhan menarik napasnya perlahan, “Kita mulai bicara soal pernikahan kalian dan bagaimana keputusan kita akhirnya.”
Chelsea tiba-tiba angkat tangannya, “Gama, Gama, kok aku lihat kamu makin ganteeeng sihhh??” dengan mulut yang penuh, Chelsea berbicara tak terarah. Fiona semakin melotot, kalau itu putrinya pasti sudah dia layangkan cubitan mautnya.
“Chelsea juga makin lucu deehh!” dengan nada manja Gama membalas, tapi tangannya terus mengait di lengan sang ibunda, “Tapi masih lucuan Mama aku! Ya kan mah?!”
“EHEM!!!!”
Dehaman keras Farhan seketika membuat seisi ruangan sunyi. Pria itu kembali menderu desah panjangnya...
“Gama dengan Chelsea... kalian makin kompak ya saya perhatikan.”
Yang dipanggil menegup salivanya bulat-bulat.
“Kalau gitu percepat aja ya proses ke KUA-nya? Kalian pasti bisa jadi keluarga yang harmonis,” kalimat itu terdengar mematikan dengan senyuman licik Farhan.
Gama dan Chelsea tertawa miris.
ANJRITTTTT!!!!!!