Pesan Ibu untuk Impian
“Bu Bella, hari ini ikut rapat untuk PAS kan?”
“Iya, ikut, saya mau koreksi nilai satu kelas lagi, duluan aja.”
“Yaudah saya duluan ya,”
“Oke.”
Bella merenggangkan kedua tangannya hingga bunyi pangkal tulangnya itu bersentak. Ia menatap lagi kertas koreksiannya yang sudah ia coret dengan tinta merahnya. Ia membuka lagi jadwal kegiatannya hari ini, “Setelah rapat...ah ngajar anak kelas 12 IPA 2 ya...” akhirnya wanita itu segera mengikat kuda rambutnya dan segera melangkahkan kakinya menuju ruangan rapat.
Ah iya juga, sebentar lagi anak-anak kelas 12 pengumuman SNMPTN ya... berarti mereka juga jam KBM-nya udah mau habis, kira-kira untuk persiapan SBMPTN anak-anak gue buka bimbingan privat aja ya selain bimbel dari sekolah.
Bella membuka pintu kelasnya, “Siang semuanya...!” sahut Bella riang sambil meletakkan buku dan berkas-berkas kertasnya di atas meja depan. Kedua netra wanita berparas ayu itu segera menatap seluruh penjuru ruangan kelas XI IPA 2 itu bersamaan, “Sebentar lagi pengumuman SNMPTN, karena Ibu gak mau kalian tegang jadi hari ini kita sesi sharing dulu yuk??” “Yuk sini kalian tanya-tanya apapun itu soal SNMPTN atau tentang Ibu pribadi juga boleh, hahaha...”
“Serius boleh pribadi nih, Bu?”
“Iya boleh.”
“Ibu single apa taken?”
Semua gelak tawa anak didiknya pecah memenuhi ruangan kelas. Bella yang cuman bisa mengelus dada mendengarnya, mau tak mau menjawab sesuai kenyataan, “Ibu... masih single.”
“Ya ampun masa sih, cewek secantik Bu Bella masih single?”
Serentak sorakan ceriwis murid-muridnya bergema.
“Iya anak-anakku... emang kenapa kalau Ibu single gitu?”
“Mau memantaskan diri untuk mendampingi Bu Bella.”
“Gayamu bocah, nilai Biologi kamu aja masih di bawah KKM.”
Lagi-lagi serentak tawa canda muridnya bergema.
“Ibu, Ibu mau nanya dong!”
“Iya, apa?”
“Dulu waktu SMA, Bu Bella ikutan SNMPTN juga gak?”
Bella bergeming sejenak, selintas ia mengingat lagi memori SMA-nya pada saat momen penting itu di masa mudanya, “Iya, dulu Ibu juga ikut SNMPTN.”
“Dapet gak?”
Bella mengulum senyum sambil menggeleng pelan, “Sayangnya enggak,” wanita itu berdiri dari kursinya, “Berhubung kalian mau pengumuman SNMPTN, disini Ibu mau kasih sedikit pesan ya agar kalian tidak terbebani selama masa penyeleksian perguruan tinggi ini.” “Masing-masing dari kita punya impian masing-masing termasuk kampus impian. Dari kecil kita sudah punya mimpi untuk menjadi dokter, guru, polisi atau pilot dan semakin kita tumbuh berkembang, impian kita ikut berubah dan pada akhirnya, bukan kampus impian yang menjadi tujuan akhir kita, tapi kampus adalah langkah awal menuju masa depan impian kamu.” “Jadi gak perlu pusing karena gak masuk PTN impian, pada akhirnya nanti pun setelah kamu lulus kuliah, kamu masih menghadapi dunia kerja sesuai bidang yang kalian kuasai, bukan sesuai kampus almameter kalian.” “Catet ya, kesuksesan bukan dari tempat kuliah kalian tapi kesuksesan itu ada pada tangan kalian masing-masing. Jadi jangan pernah kecil hati kalau gak dapet PTN impian kalian.”
SET! Satu siswinya mengangkat tangan, “Kalau gitu, Bu, boleh gak kasih kita tips biar gak tegang sampai pengumuman SNMPTN nanti?”
Bella tersenyum simpul.
“Tipsnya perkuat jalur langit kalian tanpa menaruh ekspetasi apa-apa, perjuangkan perjuangan kalian sesungguhnya nanti di SBMPTN karena... kegagalan Ibu pada saat itu adalah berharap lebih dengan jalur SNMPTN sampai lupa belajar SBMPTN.” “Jangan sampai pengalaman Ibu ini terulang sama kalian.”