Outro ; Home Sweet Home

Ayu menengadahkan tangannya, mengucap beberapa doa untuk kelancaran pernikahannya hari ini. Riasan cantik yang sudah tampil di depan meja rias, Ayu terus menatap dirinya yang sudah di balut gaun pernikahan.

Hari ini, Ibra dan Ayu akan mengikat janji sucinya.

Pagi yang cerah nan menyejukkan, Ayu tak berhenti mengucap syukur karena sudah sampai tahap sini setelah melewati perjuangan cintanya selama 8 tahun. Kak Ibra... gimana ya ijab qabulnya? mau lihat deh.

Tok... tok... Ketukan pintu dari sosok Mina dan Amara di belakangnya, mereka mendecak kagum dengan kecantikan Ayu hari ini sebagai pengantin.

Dang, you look stunning, Ayu, cantik banget gak bohong,” puji Amara terpukau.

“Masha Allah adik ipar aku...” Mina langsung berlari memeluk tubuh Ayu dengan erat, perhatian Ayu teralihkan ke arah seorang bayi yang di gendong Mina.

“Hi, baby Kaira... nyenyak banget nih tidurnya....”

“Haha, iya nih aunty habis mimi cucunya banyak! Padahal seru lagi lihatin omnya gemeteran pas ijab qabul.”

Ayu menutup mulutnya kaget, “Kak Ibra gemeteran tadi kak?”

“BEUH AYU.... gemeteran banget... ya kan, Amara?!”

“Iya, Yu, hahaha... suaranya ampe getar gitu terus bapak kamu ikut ngetawain.”

Ayu tertawa geli begitu membayangkan gimana gugupnya lelaki kasihnya itu pada saat ijab qabul. Begitu mereka bercakap sebentar, sudah ada arahan dari pihak WO untuk Ayu menyusul Ibra di tempat pelaminan, kedua wanita yang ada di ruangan itu akhirnya berjalan mendampingi Ayu menuju awal hidup barunya.

Begitu Ayu masuk dengan tampilan gaun cantiknya di hadapan para hadirin, semuanya mengucap kagum. Kedua mempelai yang terlihat luar biasa pada hari ini, terutama Ibra. Ia cukup terkejut bahwa kecantikan Ayu hari ini beribu-ribu kali lipat.

“Ya, silahkan untuk kedua mempelai untuk saling menukar cincin sebagai simbol ikatan....”

Aba-aba dari MC menggerakan kedua insan itu untuk saling memakaikan cincinnya. Ibra menatap lemat-lemat jemari cantik sang istri dengan lukisan henna indahnya, pria itu tersenyum hangat.

“Lembut, dan hangat. Saya gak akan melepaskan tangan ini, Ayudia.”

Ayu menitikkan air mata harunya, “Begitu pun aku, aku tidak akan melepas tangan ini, Kak,” sang puan langsung mencium punggung tangan suaminya. Ibra melukiskan senyuman lebarnya, ia mengecup lembut kening Ayu dengan penuh kasih sayang.

Dan kini, keduanya sudah resmi menjadi pasangan suami-istri. Kedua insan yang sudah di takdirkan itu menaruh semestanya di masing-masing pundak, terutama Ibra yang kini sudah punya Ayu sebagai 'rumah.' Tangan mereka saling mengait erat, Ibra yang terus memandang wajah cantik istrinya meresapi kasih sayang dari keduanya, Ayu juga merasa aman setiap jemari kekar suaminya mengeratkan genggaman tangannya. Mereka saling menyandar, memejam matanya terhenyak....



“Ayu, kamu dimana? masih di kamar mandi?” Sekarang adalah malam pertamanya Ibra dan Ayu sebagai sepasang suami istri. Siangnya mereka sudah larut dengan status barunya, sekarang malah berubah menjadi canggung luar biasa, terutama bagi Ayu yang kini tak berkerudung. Ia tahu bahwa dirinya sudah sah menjadi istri dari Ibra, tapi dadanya berkecamuk hebat setiap ia membayangkan rambut panjang indahnya itu di lihat langsung oleh pria pujangga hatinya.

Tak ada pilihan lain, Ayu memakai jaket hoodie yang ia bawa dan memakaikan kupluknya hingga rambut panjangnya itu tersembunyi sempurna. Ia keluar dari kamar mandi dengan ekspresi se-natural mungkin tapi bagi Ibra, kelihatan jelas istrinya itu sedang tegang.

“Ngapain pake jaket? emang kamu kedinginan?” tanya Ibra dengan kaos polos hitamnya ia menggosok rambut basahnya dengan handuk, “Kamu keramas gak? ntar bau kalo di tutup hoodie kayak gitu.”

Ayu menggeleng cepat, “E-Enggak bau kok! nanti aku ambil handuk dulu buat ngeringin—”

Ibra menarik lengan mungil istrinya, lalu memeluk erat tubuh kecilnya dari belakang. Pria itu menenggelamkan wajahnya di bahu Ayu, membuat jantung Ayu berdesir hebat.

“Kamu bawa parfum kamu gak?” tanya Ibra.

“Ba-bawa kok...” jawab Ayu.

“Pake dong, saya suka wangi kamu,” Ibra mendongak sedikit, melihat sisi samping wajah cantik Ayu dan mengelus pipi lembutnya dengan perlahan. Mata Ibra yang sayu tertuju ke tiap inci fitur wajah istrinya, sedangkan tangan satunya lagi ia membuka kupluk yang menutupi rambut coklat gelap milik Ayu sampai tergerai indah. Wajah Ayu sudah memerah bak kepiting rebus, membuat Ibra terkekeh gemas dan mencubit kedua pipi tembam Ayu, “Oh kamu tuh kalau malu mukanya bakal semerah ini ya? hahaha gemes banget sih....” Ibra menatap lagi dengan dalam kedua netra cantik sang istri lalu menangkup kedua pipinya. Mata sang tuan sayu, lalu dengan cepat Ibra mengecup pelan pipi istrinya dan Ayu memejam matanya rapat-rapat.

“Nonton yuk?” ajak Ibra, ia tahu bahwa istrinya saat ini masih canggung dengan situasi mereka saat ini dan ia ingin wanita tercintanya itu merasa nyaman terlebih dahulu.

“Nonton apa, Kak?”

Anime kesukaan kamu.”

Ayu bergeming panjang, “Gimana kalo kakak temenin aku tamatin Boruto biar gak kena spoiler endingnya?”

“Ah kepanjangan, nanti gak bisa manja-manjaan.”

“Nontonnya sambil manja-manjaan, Kak...”

Ibra menggeleng, malah mengeratkan pelukannya lagi, “Gak mau, nonton anime movie aja yang cuman sejam abis itu baru kita manja-manjaan.”

“Berarti kita nontonnya gak usah manja-manjaan nih?”

Ibra malah makin mengeratkan pelukannya hingga wanita mungilnya merasa sesak, “Jangan gitu... tetep kayak gini nontonnya....”

Reaksi Ibra mengocok perut Ayu geli, akhirnya mereka benar memutuskan untuk menyalakan TV yang di sediakan hotel lalu memutar salah satu anime romansa sesuai request Ayu. Ibra mengambil posisi duduk duluan di sofa, lalu ia membuka lebar-lebar tangannya di hadapan sang istri yang mengundang tanda tanya di benak Ayu.

“Sinii, kan nontonnya sambil peluk....”

Ayu menjawab oh ria dengan ketawa renyahnya, wanita itu mendaratkan tangannya memeluk leher sang suami erat. Ibra mengecup rambut Ayu dan dalam posisi saling menghangatkan, dan kini mereka menyaksikan filmnya sama-sama. Aroma marshmallow khas Ayu mengecohkan fokus Ibra, membuat pria itu terus mencuri-curi pandang, lalu ia membisik kepada istrinya.

“Sayang.”

Ayu langsung terkesiap, “Ha-hah?! tadi kakak bilang apa?!”

Ibra tersenyum cengir, “Istriku sayang.”

Sekali lagi wanita itu dibuat salah tingkah, ia menutup wajahnya menahan malu namun Ibra dengan cepat menahan tangan Ayu agar ia bisa menyaksikan secara langsung bagaimana wajah Ayu itu memanas.

“Kakak ih udah dong, jangan godain aku muluu! jantung aku mau meledak rasanya!”

“Kenapa? kamu tau gak kalau bikin baper istri itu dapet pahala?”

“Yaa tapi kasih aba-aba dulu dong, beneran jantung aku gak kuat huwe....”

“Mana ada kasih aba-aba, kamu kira pertandingan!”

“Ih tapi tetep aja, KAK IBRA BAHAYA BANGET NIH!!!”

Ibra tertawa terbahak-bahak, laki-laki itu mengeratkan lagi pelukannya lalu menatap dalam mata sang istri...

“Nanti kita wudhu dulu ya,” Ibra mengecup lagi pucuk kepala Ayu, “Setelah ini kita shalat dua rakaat.”

Mata Ayu memencak sempurna. Ia menegup salivanya bulat-bulat dan hanya membalas anggukan kecil.

Setelah mereka menyelesaikan movie date dan suasana keduanya sudah mulai mencair. Akhirnya mereka melakukan rangkaian shalat sunnah dua rakaat sebelum melakukan ibadah mereka selanjutnya sebagai sepasang suami istri. Di akhir mereka mengucap salam, Ayu memandang punggung Ibra terhenyak, memutar ulang memori masa mudanya ketika hati kecilnya hanya bisa berdoa agar suatu saat nanti akan ada momen ia bisa menjadi seorang makmum dengan Ibra sebagai imamnya.

Allah mengabulkan doanya, dan sampailah pada hari ini.

Ayu mencium punggung tangan suaminya untuk meminta ridho, dan Ibra menaruh jemari lentik istrinya itu di pipi hangatnya. Jarinya yang besar menggenggam erat telapak tangan dingin Ayu, mengelus-elus setiap jari mungil dan meresapi kenyamanan antara keduanya.

“Ayu,” Ibra membisik lagi dengan suara seraknya.

“Iya?” Ayu menjawab dengan sangat lembut.

“You're my favorite blue.”

Ayu mendelik, “Apa itu maksudnya?”

“Warna biru itu melambangkan kedamaian dan ketenangan, Ayu, dan saya suka warna biru. Kamu juga identik dengan semuanya serba biru, seperti sekarang kamu pakai hoodie warna biru.” “Kamu adalah lambang sebagai rumah yang saya cari selama ini, yang memberikan kedamaian dan kehangatan untuk saya.”

Ayu meneteskan air mata harunya yang tak terbendung di pelupuknya, ia menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami dan Ibra membalasnya dengan pelukan lagi dengan erat.

Setelah mereka saling mengungkapkan cintanya yang dalam, malam itu menjadi malam yang panjang bagi kedua insan yang sudah saling melabuhkan semestanya.

— Blue Undersky, END — 01 Februari 2022