Naresh
Langkah kaki tegap pemuda jangkung berparas putih susu itu terhenti begitu melihat sosok gadis mungil berhijab biru seragam sedang melayani pasien dengan senyuman ramahnya. Hatinya sesak, percakapannya barusan membuat ia ingat bahwa takdir terkadamg tak selalu berpihak kepadanya.
Tak hanya Mama yang diambil, tapi cintanya juga di ambil.
“Aisyah... maafkan Kak Naresh yang payah ini...“gumam pemuda itu lirih
Ia bergegas mempercepat langkahnya menuju parkir mobil.
Pulangnya pun Naresh harus mengikuti skenario pahit yang di buat oleh Papa tirinya.
“Naresh jangan lupa kita akan mengundang Veronica ke rumah untuk membicarakan pernikahan kalian.” “Kalian udah tunangan hampir 4 tahun kenapa masih belum ada kemajuan sih kalau bukan Papa yang gerak?”
Naresh menarik nafasnya panjang, kalau bukan untuk keadilan Mamanya, Naresh tidak akan mengorbankan diri sampai sejauh ini.
“Naresh masih mau fokus karir, Pah, lagipula Veronica juga paham kondisi Naresh.”
“Tapi kalau tidak di segerakan pernikahan kalian, kamu gak bisa ambil alih perusahaannya Dimas yang sudah hampir collapse itu. Papa yakin kalau kamu yang kelola perusahaan itu, kamu bisa menciptakan keuntungan bermiliar-miliar dollar.”
Naresh mendecih, Gila otak lo emang cuman tentang duit ya, lihat aja gue akan mengungkap semua kebusukan lo. Namun lain dengan sikapnya, Naresh justru tersenyum pasi dan mengiyakan apa kata Papanya.
“Pah, kenapa kode akses rekam medis Mama di lock sama Papa?”
Jantung Rangga tersekat seketika, “Kamu masih cari-cari kebenaran tentang kematian Mama kamu?”
“Iya, emang kenapa?”
“Naresh, yang namanya dalam dunia medis itu ada yang namanya berhasil dan gagal dalam menyelamatkan nyawa pasien, karena hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan.” “Operasi Mama kamu memang tidak berjalan lancar pada saat itu.”
“Terus kenapa Naresh gak bisa lihat rekam medis Mama? Sekarang aku bergelut di bidang yang sama dan ingin koreksi kesalahan yang di buat sama Papanya Veronica dulu.” “Jujur aja, kalau memang ini ada malpraktik... Naresh gak bisa biarin itu semua, Pah.”
DUAK!! Rangga menggebrak meja bundar di hadapan keduanya keras dan menatap murka putranya, “Jaga sikap kamu, Naresh! Dokter Dimas itu calon mertua kamu! Dia juga dokter senior yang jauh lebih berpengalaman dari kamu jadi kamu harus hormat sama dia!!” “Kamu cuman dokter muda, jangan belagu!!”
Naresh hanya memasang wajah datar dan membungkukkan tubuhnya di hadapan Papa tirinya, “Maaf kalau Naresh membuat kesalahan.”
Kepalan tangan Naresh mengepal kuat-kuat. Pemuda itu menyembunyikan gertakan giginya dari hadapan pria paruh baya berusia 57 tahun itu.
Masa jaya kalian gak akan lama, sebentar lagi gue akan menjatuhkan semuanya satu per satu dan merebut semua hak-hak Mama yang udah kalian rebut secara tak adil... Termasuk hak hidup gue yang udah lo rebut demi kekuasaan, Rangga...