Marshmallow

Ibra dan Ayu menyelesaikan meetingnya setelah 2 jam lamanya mereka duduk. Begitu banyak pekerjaan yang harus di selesaikan sebelum Ibra mengakhiri masa jabatannya, setelah keduanya keluar dari gedung, sesuai kesepakatan akhirnya Ibra dengan Ayu pergi untuk mencari kado.

Mall yang cukup luas ini membuat Ibra kewalahan mencari parkiran. Sejak tadi laki-laki itu tak berhenti menggerutu, sampai akhirnya ia menemukan tempat parkir yang strategis menuju pintu masuk.

“Aduh tempat segede ini saya gak tahu tempat kado bayi dimana...” keluh Ibra.

Ayu menepuk bahu sang pemuda, “Itu ada departement store lagi diskon besar-besaran!” sahut Ayu dengan girang lalu gadis mungil itu menarik lengan Ibra menuju department store yang ada disana. Pemuda itu tersontak, begitu banyak diskon besar-besaran dari baju hingga aksesoris yang ada. Ibra bukan tipe penggila belanja, membeli barang sesuai kebutuhan dan menerima semua harga yang ada meskipun angkanya fantastis, asalkan Ibra butuh.

Seperti kemarin membelikan baju Ayu yang harganya hampir satu juga, menurut Ibra itu biasa dan tak masalah selama ia bisa membayarnya. Ibra hanya suka berbelanja merchandise Boruto, itu saja.

“Lah baju-baju murah ya disini,” sontak Ibra sambil melihat-lihat price tag bajunya.

“Biasanya kalau lagi awal bulan diskon lagi gede, Pak, kan banyak karyawan yang baru dapat gajian.”

“Tapi ini murah banget,” Ibra mengambil satu jas coklat yang tergantung disana, “Saya beli jas yang sejenis harganya 2 juta, kok disini cuman 800 ribu?”

Ayu tertawa geli, “Tergantung bapak beli baju di merk apa, sama bahan kualitasnya. Kelihatan kok, baju yang bapak pakai semuanya mahal-mahal.”

Ibra memanggut-manggut kepalanya, akhirnya mereka berjalan lagi ke bagian Baby & Toddler. Ayu berlari kecil mengambil beberapa satu set kotak alat makan bayi yang biasa dijadikan kado untuk kerabat yang baru melahirkan. Ayu bergeming panjang, di ikuti Ibra yang ikut menganalisa kotak itu entah apa yang ingin ia telaah. Intinya biar gak kelihatan bloon amat depan Ayu.

“Orang-orang pasti udah banyak kasih hadiah ini,” gumam Ayu, “Apa mendingan kita kasih satu set baju bayi gitu ya?”

Ibra mengangkat kedua bahunya, “Saya ngikut aja.”

Ayu mengambil langkah duluan di depan Ibra. Lelaki bersurai coklat legam itu menatap lemat-lemat punggung mungil Ayu, kehadirannya yang selalu ada setiap Ibra butuh membuat ia sedikit merasakan kehangatan akan hadirnya sosok Ayudistya Ningrum. Jantungnya tak berdegup kencang sebagaimana ia rasakan ketika bersama Rose, tapi ia merasa aman. Jalan bersanding seperti ini membuat hatinya nyaman, bagaikan mentari pagi yang hangat namun bersamaan angin menenangkan ikut memberikan kesejukan. Belum lagi ia selalu terhenyak tiap kali dirinya mencium aroma manis marshmallow dari Ayu.

Keanehan apa lagi yang Ibra rasakan?

“Permisi, Mbak, saya mau lihat baju-baju untuk bayi ya.”

“Boleh, Ibu, untuk usia berapa?”

“Baru lahir sih, Mbak, ini untuk kado kerabat.”

Pegawai sales yang berjaga langsung mengantarkan kedua insan itu ke sebuah lorong yang berisi baju-baju bayi.

“Kita lagi ada promo khusus, bu, untuk merk DreamKids ini bisa dapat potongan 15% dengan minimal total belanja 500 ribu.”

Ayu mengerut dahinya, “Merk DreamKids aja, mbak? yang lain gak ada?”

“Gak ada, kak, hanya merek itu aja.”

Gadis itu membuka price tag dan matanya melotot begitu angka yang terpampang disana tak sesuai harapan. Ibra membuka price tagnya.

“Kenapa? kita beli aja ini mumpung lagi promo,” ucap Ibra memberi ide.

Ayu mendekati telinga Ibra, “I-Itu, Pak, harga satuannya aja 300 ribu sedangkan saya gak enak kalau beli satuan doang untuk kado. Kalau mau beli satu set total-totalnya bisa sejuta.”

Ibra menghela nafas panjang, “Ribet banget sih cewek, udah mbak, beli aja semua satu set saya beli yang untuk cewek sama cowok 4 pasang ya.”

Ayu menganga lebar-lebar, “E-Eh kok banyak-banyak banget, Pak?! sayang uangnya ih!”

“Lebih sayang otak saya harus mikir A B C perkara mau kasih kado doang, entar biar orangnya bisa milih sendiri mau yang mana!”

“Tapi, Pak....”

“Punya kamu juga saya yang bayarin, jadi gak usah khawatir kamu ngeluarin uang banyak.”

“Eh kok gitu, Pak?! Jangan ah—”

“Itu kado dari kita berdua.”

Ayu tak berkutik lagi, langkah Ibra yang cepat menuju kasir lalu ia melakukan transaksinya. Gadis itu mengejar Ibra.

“Kak Ibraa, ini kadonya serius... bilangnya dari kita berdua?”

“Iya,” Ibra mengambil pulpennya, “Kartu ucapannya biar saya yang tulis.”

Dengan telaten lelaki itu menuliskan kalimat singkat untuk kartu ucapannya. Sedangkan Ayu masih diam mematung.

Selamat atas kelahiran bayinya! Semoga apa yang di doakan oleh orang tuanya bisa tercapai dan bayi yang lahir kelak menjadi anak yang membanggakan!

From : Ibrahim & Ayudia



Setelah selesai berburu kado, perut Ibra sudah tak tahan dengan demo para cacing yang terus menggema. Mereka makan di sebuah restoran lokal karena seperti biasa, Ibra sangat menginginkan sop iga bakar saat ini.

“Kakak kebanyakan makan daging apa gak takut kolestrol?” tanya Ayu sambil tertawa geli.

“Mumpung masih muda, puas-puasin makan yang 'beracun' hahaha....” jawab Ibra nyeleneh, “Abis ini saya mau ke toko kue sebentar deh, mau makan dark chocolate cake rasanya.”

Seketika ia jadi teringat lagi, dark chocolate cake adalah makanan favorit dari mendiang Rose, wanita pujaan hatinya dulu. Ia menghempas senyum kecilnya. Ah... gue lagi kangen sama dia hahaha....

“Silahkan, pak, bu....”

Akhirnya hidangan yang ditunggu sudah siap di santap, Ibra menyambut makanannya dengan girang bak anak kecil. Ayu sudah mulai biasa dengan sisi lain dari Ibra yang terkadang mengejutkan, dari sosok Ibra yang tegas berwibawa berubah menjadi bocah tengil yang manja.

“Dagingnya dikit banget deh, gak sesuai harga,” gumam Ibra sambil menyeruput supnya, “Tajem banget rempahnya, mendingan sop iga bakarnya Ayu kemana-mana.”

Ayu tersontak, “Kenapa, kak?”

“Ini sopnya, rasanya kurang pas saya gak suka,” Tanpa pikir, Ibra menyodorkan sendok berisi supnya ke Ayu membuat gadis itu praktis mundur. Ibra langsung tersadar akan tindakannya, “E-Eh maaf, Ayu, maksud saya ini saya mau nunjukin supnya gak enak...”

Ayu lagi-lagi hanya bisa tertawa geli, saat ini Ibra terlihat sangat menggemaskan dengan seribu tingkahnya.

“Kenapa ya... setiap saya bareng kamu tuh, saya jadi lepas kendali untuk nunjukkin sisi asli saya,” Ibra menutup wajahnya malu, “Kadang-kadang suka malu kalau di pikir-pikir. Kamu kan sekretaris saya.”

“Gapapa kok, kak, mungkin karena kita udah kerja lumayan lama jadi merasa nyaman untuk nunjukkin sisi asli masing-masing.”

“Kalo kamu sendiri gimana?”

Ayu mendelik, “Hm?”

“Kamu... kalo sama saya nunjukkin sisi aslinya gak?”

Pertanyaan itu tak bisa Ayu jawab di detik itu juga. Ibra masih menatapnya penuh harap, tapi Ayu tak bias membalas tatapan itu.

“Um, Kak, sopnya keburu dingin nanti makin tajem lho rasanya,” Ayu hanya bisa mengalihkan topik dan melahap sotonya dengan canggung. Ibra tersontak lalu cepat melahap sampai habis makanannya.



Akhirnya kedua insan itu menyudahi kegiatan mereka di mall besar tersebut. Keduanya menyandar di bangkunya masing-masing sambil menghela nafas panjang—meleburkan rasa lelah setelah berkeliling mall sepanjang hari.

“Kapan kamu kasih kadonya?” tanya Ibra.

“Acaranya minggu depan sih,” jawab Ayu.

“Oh oke kalau gitu, perlu saya ikut datang juga gak?”

Ayu menganga gagu, “A-A-Ah.... itu... terserah kakak....”

“Gak usah lah ya? saya gak kenal, saya titip salam aja lewat kamu.”

Ayu mengangguk gugup, hampir saja akan ada momen kebersamaannya lagi yang bisa membuat jantungnya tidak sehat. Hari ini cukup banyak momen mendebarkan antara keduanya, rasanya Ayu ingin lari secepatnya dari situasi ini namun tentu tak mungkin ia melakukan demikian.

Kini sang gadis melirik wajah pemuda yang tengah sibuk menyetir. Fitur wajah sempurnanya dan aroma citrus yang sejak tadi mencuat dari tubuhnya, pesona Ibra memang tak main-main.

Wanita mana yang akhirnya beruntung menggaet hati sang pangeran impian?

Bahkan Ayu sendiri sudah tereleminasi sejak awal. Akankah ada keajaiban yang bisa mewujudkan cinta karamnya?