Be Marked
Acara aqiqah dari teman SMA Ibra dan Yogi dijadikan ajang reuni satu sama lain setelah sekian lama Ibra tak pernah datang ke acara reuni sekolah. Semuanya menyambut kedatangan Ibra, terutama para kaum hawa yang ada disana, mereka masih saja membahas pesona Ibra yang tak pernah luntur sejak SMA.
“Masa sih Ibra masih single? gak ada pendamping sama sekali?”
“Ya ampun kamu kok jadi makin keren sih, Bra.”
“Ibra mau aku kenalin gak sama temen aku?”
Pemuda itu langsung keluar dari kerumunan, ia mendecak kesal dan Yogi bisa melihat jelas pemuda itu tak berhenti gerutu, sejak pertama kali mereka datang ke acara.
“Bra, lu kenapa dah bete gini? mau balik?”
“Ntar dulu gua masih ada urusan disini.”
“Urusan apa?”
Ibra menunjuk ke tumpukkan kado yang ada di atas meja, “Gue belum kasih kado, kan kadonya di Ayu!”
Yogi langsung menoleh ke arah gadis berhijab biru yang tak asing baginya sedang bersama seorang pria tampan. Keduanya tampak asyik berbincang bahkan tertawa lepas disana, lalu ia melirik lagi ke arah Ibra yang berwajah masam. Sekarang Yogi paham apa maksud dari 'urusan' yang Ibra bilang.
“Ayudia,” panggil Ibra dengan nada tajamnya.
Yang di panggil tersontak di tempat lalu berbalik badan ke arah Ibra yang ada di belakangnya.
“Eh, Kak Ibra, udah sampai,” Ayu melirik teman lawan bicaranya barusan, Syauqi, “Kak Syauqi inget Kak Ibra kan Ketua Ekskul kita dulu? sekarang aku kerja di kantornya sebagai sekretaris.”
Syauqi mengangguk, “Bra, masih inget gua gak? hahaha...”
“Gak kenal. Lu siapa?” ketus Ibra.
“Lah parah banget, gak inget ama temen sendiri?”
Ayu ikut menyanggah, “A-Ah itu kak, mungkin karena kakak banyak berubah jadi Kak Ibra lupa.”
Tangan Syauqi langsung menjulur ke Ibra, “Yaudah kenalan lagi gak nih? gue Syauqi.”
Ibra tersenyum penuh arti lalu ia membalas jabatan tangan Syauqi keras-keras, bahkan laki-laki yang di jabat tangannya menelan bulat-bulat rintihan sakitnya.
“Ibrahim.”
Singkat padat dan jelas. Suasana kedua pria itu mendadak berubah jadi mencekam, terutama di pihak Ibra yang terus memberi tatapan tajam kepada Syauqi, sedangkan Syauqi, justru ia tertantang untuk menggoda lebih jauh kesabaran Ibra.
“Ayu, kamu masih sama ya kesukaannya warna biru. Dari dulu tuh barang-barang kamu semuanya warna biru, tapi gapapa, untuk sekarang kamu cantik dengan jilbab biru kamu,” ucap Syauqi merendahkan suaranya, semakin mengguncang dada pemuda yang ada di samping Ayu.
“Eh? Ma-Makasih, Kak....” Ayu tak paham dengan situasinya namun ia berusaha netral. Ibra masih diam menahan murka, tangannya mengepal keras, kalau ada lapangan luas yang bisa di jadikan arena pertarungan mungkin Ibra sudah melayangkan tinjunya itu tepat di wajah Syauqi.
“Kamu mau kasih kado ke Tyas kan? Yuk bareng sama aku—”
Kalimat Syauqi terpotong begitu Ibra menarik lengan mungil Ayu ke belakang punggungnya.
“Ayu bareng sama gue,” desis Ibra tajam.
“Lho? yaudah kita bertiga aja.”
“Gak mau, Ayu bareng sama gue.”
“Emang kenapa?”
“Karena kita hadiahnya berdua.”
Mata Syauqi menyipit dan Ayu disana langsung gelagapan.
“AH ITU... jadi tuh kita hadiahnya—”
“Ngapain kamu klarifikasi ke dia? emang salah kalau kita hadiahnya berdua?”
“Bukan gitu, Kak Ibra—”
Ibra menarik paksa lengan Ayu menuju ruangan utama dimana tuan rumah berada disana, “Ayo kita kasih kadonya sekarang!” titahnya tanpa mempertimbangkan persetujuan Ayu karena tujuan pemuda itu satu, Syauqi harus menjauh dari Ayu.
Ia geram melihat Ayu dekat-dekat dengan pria lain.
Sekarang kehadiran Ibra dan Ayu cukup menggemparkan satu ruangan utama, karena pasalnya mereka semua tahu siapa Ibrahim, dan juga soal Ayu dan perihal hatinya. Semua mata tertuju ke arah dua insan itu, tapi Ibra tak peduli dengan semua tatapan dari seisi ruangan.
“Ini Kak Ibrahim El Fatih kan?” tanya Tyas, sang tuan rumah sekaligus sahabat Ayu di masa sekolahnya.
“Iya, disini saya mau kasih hadiah dari saya dan Ayu,” Ibra memberi isyarat ke Ayu agar menyerahkan kadonya itu.
“I-Iya, Yas, ini kado dari aku sama Kak Ibra. Selamat ya.”
Tyas mengernyit dahinya, “A-Apa tadi?! dari kamu sama Kak Ibra?!”
“Iyaa.”
“Hadiah berdua?”
Ibra menimpal, “Iya.”
Tyas dan tamu-tamu disana langsung tertawa cekikikkan, mengangguk-angguk kepalanya penuh arti seolah mereka paham dengan situasi kedua insan itu.
“Oke kalau gitu, makasih ya....” Tyas terus tersenyum cengir, begitu Ibra membalik badan pergi, cepat tangan Tyas menarik Ayu agar telinganya mendekat.
“Aku tunggu ya undangan kalian berdua.”
“IHHH TYAS!!”
“Kakak pulang duluan aja, aku masih mau ngobrol sama Tyas.”
Ibra cemberut begitu Ayu menolak ajakannya untuk pulang bersama. Yogi yang disana hanya menyaksikan percakapan Ibra dan Ayu, meskipun meringis dalam hati karena ia bagaikan sebuah figuran numpang lewat di momen keduanya.
“Kamu pulang naik apa?”
“Kereta.”
“Bahaya, ayo pulang aja sama saya.”
“Enggak kak, aku gapapa udah biasa kali naik kereta.”
“Kalau kamu lupa waktu gimana? tau-tau udah malem terus nekat gitu naik kereta? gak, bahaya, ayo pulang.”
“Enggak kak... ini masih siang paling sebelum maghrib aku udah pulang....”
“Ayudia, ayo pulang!”
“Ah gak mau....”
Yogi yang jengah langsung menarik tangan Ibra dari percakapannya yang takkan ada ujungnya, “Eh, semprul, lu ngapain ngatur-ngatur anak orang....”
“Ya abisnya Ayu gak mau pulang...!”
“Lu bukan lakinya anjrit! biarin aja sih dia mau main!” Yogi membisik lagi, “Ntar kalo dia kesel sama lu, jadinya ilfeel gimana? kelar lu!”
Ibra menegup salivanya bulat-bulat, ia melihat lagi wajah kecut Ayu karena terus dipaksa pulang oleh pemuda tersebut. Ucapan Yogi membuatnya gemetar.
“Ya-Yaudah!” Ibra menghampiri Ayu lagi, “Yaudah kalo gitu, tapi kalau udah sampai rumah kabarin saya ya? jangan lupa lho!”
Ayu terkekeh, “Iyaaa nanti aku kabarin.”
“Jangan lupa, kalo lupa awas kamu, saya marah.”
“Enggaaak, Kak Ibraaa....”
Lekukan senyum lembut Ibra terlukis di wajahnya, lalu pemuda itu melambaikan tangan pamit kepada Ayu dan di balas lambaiannya. Entah kenapa Ibra merasakan sesuatu di dadanya yang menghangat. Ada sesuatu yang membuatnya campur aduk, cemas, lega, di jadikan satu tapi yang jelas ada sesuatu yang berterbangan di bawah perutnya.
Yogi tersenyum miring, Oh gitu....