Lamaran

Pukul 07.45

Haidar mengait erat jam arlojinya dengan gagah, merapihkan kerah kemejanya, ia berkaca menatap wajahnya lekat...

Bismillahirrahmanirrahim... Rabbishrahli sadri. Wayassirli amri. Wahlul uqdatam millisani. yafqahu qauli... Ya Allah, jadikan lisan hamba ini menyampaikan hal-hal menggembirakan bagi keluarga Maryam nanti... sehingga mereka dapat memberi restu atas pernikahan kami, berilah hamba-Mu ini kekuatan, Ya Allah, Bismillah...

“Bang Haidar udah siap?”

Aisyah dengan balutan gamis merah muda berimitasi putih terlihat sangat cantik, gadis itu masih sibuk melihat intens penampilan kakaknya dari atas hingga ke bawah...

“Wuih, ganteng betul abangku ini...”

Haidar mendecak begitu adiknya melempar pujian selewat itu, “Bisa aja kamu, sudah ah ayo kita siap-siap!”

“Nanti rombongan kita ikut mobil siapa, Bang?”

“Satu mobil cukup kan.”

“Hah yakin, Bang? 6 orang cukup gitu?!”

“Cukup kok, kan Abang yang bawa mobilnya nanti.”

“Bukannya Bang Adit yang nyetir?”

“Dia gak ikut dulu, ada keperluan lain katanya.”

Dari belakang terlihat sosok Marco, teman SMA Haidar yang turut ikut menjadi rombongan Haidar membawa hantaran lamaran yang akan Haidar persembahkan nanti untuk Anela, calon istrinya.

“Ayo berangkat sekarang!”


Anela dengan balutan kebaya muslim berwarna putih, kerudung pashmina yang menjulur panjang menutupi dadanya kini duduk dengan seribu rasa yang bercampur aduk di dadanya. Setelah sekian lama penantian, akhirnya hari ini datang juga.

Tinggal selangkah lagi.

“Nona, semuanya sudah pada datang apa nona siap?”

Anela tertegun gugup, anggukan kecilnya sudah menjadi jawaban bagi Pak Romi dan Anela kembali dipersilahkan untuk mengambil waktu sejenak di kamarnya.

Duh, kenapa pas hari H lamaran gue deg-degan gini sih? Gimana nanti pas nikah? duh, apa ya yang harus gue bilang nanti? Takut banget... aduh, jantung gue rasanya mau meledak...!!

Tok...tok...

“Nel?”

Sosok gadis berpostur tinggi 172 cm itu muncul dari balik pintu, “Udah siap?”

Anela menghela nafasnya panjang, “Sumpah, Kak Indry, gue deg-degan banget...”

Sang pemilik nama Indry Larasati itu mendekat, memeluk pelan kepala gadis mungil itu guna memenangkan sahabatnya yang tengah gugup karena hari sakralnya, “Udah, Anela... biarkan semuanya mengalir aja... Lo gak perlu mikirin ini-itu, yang penting lo jadi diri sendiri aja...” “Sekarang giliran lo yang keluar, tuh”

Anela memejam matanya sejenak, membiarkan perasaan gugupnya luluh hingga lenyap tak terasa, ia mulai menarik nafasnya dalam-dalam, Bismillah, Anela... Bismillah...

“Ayo kak, kita keluar.”

Indry mengangguk mantap, perlahan menggandeng tangan sahabatnya dan menuntunnya keluar dari kamar...

“Ini dia calon mempelai wanita kita... nona Anela Haliza Maryam Soetomo, putri bungsu dari Bapak Darren Adi Soetomo dengan Ibu Rebecca Yuliana Sari...”

Sekejap mata Haidar terpaku dengan sosok Anela saat ini yang berada di 3 meter dari hadapannya, kalo boleh bilang, Anela dengan balutan hijabnya itu... sungguh cantik.

“Lihatinnya biasa aja kali, Bang... belom halal inget...“goda Aisyah, dengan ketawa cekikikan karena melihat kakaknya itu yang sedang terpana dengan kecantikannya sang calon istri yang akan ia pinang.

“Apa sih kamu, saya biasa aja kok,“Haidar cepat menepik ciciran adiknya.

Acara inti dari lamaran akan segera dimulai dengan di bukanya sang pemandu acara, lalu ia mempersilahkan keluarga dari pihak laki-laki untuk menyampaikan sepatah dua kata sambutan sebelum akhirnya Haidar sendiri yang menyampaikan maksud dari kedatangannya hari ini...

“Silahkan, Haidar,”

Pemuda itu mulai menarik nafasnya perlahan, mencoba mengatur tempo nafasnya yang kian tak beratur saking gugupnya...

Bismillah.

“Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...”

“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh....!”

Mata Haidar sekelibat melirik sosok gadis yang akan segera ia pinang, matanya tertunduk teduh, membuat hati pemuda berparas eksotis itu semakin mantap dengan niatnya untuk segera menjadikan Anela sebagai bagian dari hidupnya.

“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu beserta hadirin sekalian yang tlah menyambut kehadiran keluarga kami... saya disini hendak menyampaikan maksud dari kedatangan kami hari ini, tepatnya di rumah keluarga Bapak Darren Adi Soetomo...”

Haidar mencoba untuk menghayati tiap katanya,

“Saya, Haidar El Fatih, dengan niat tulus lillahi ta'ala hendak meminang saudari Anela Haliza Maryam Soetomo sebagai istri saya, dimana saudari Maryam nanti... akan menjadi bagian penting dalam hidup saya...” “Kehadiran Maryam... sangat penting bagi saya untuk menyempurnakan ibadah saya yang tak bisa dilakukan sendirian, melainkan saya butuh seorang istri sebagai makmum dan saya menginginkan Maryam yang akan menjadi sosok tersebut untuk saya.”

Rasanya seperti mimpi bagi Anela, melihat seorang laki-laki yang datang meminangnya dengan segenap hati yang tulus disampaikan niat baiknya untuk menjadikan Anela sebagai bagian dari hidupnya... dan orang itu tak lain ialah Haidar, sang pujangga cinta yang selama ini ia perjuangkan.

Skenario semesta memang tak pernah terduga.

“Bagaimana, nona Anela?”

Sebelum Anela membuka suara, sang Ayahanda mengambil alih bicara, “Sebelumnya saya ingin bertanya dengan saudara Haidar.”

Anela memencak matanya, Argh, please, Pa, jangan ngomong yang enggak-enggak....

“Apa yang membuat kamu yakin untuk menjadikan anak saya sebagai bagian dari hidup kamu?”

Sorot mata Papa Anela kian menajam, hingga menusuk kedua pandangan sayu Haidar yang sedang berusaha tenang dengan situasi.

Ternyata ucapan Pak Romi malam itu benar.

“Awalnya, Maryam bagi saya adalah seorang tuan putri kecil yang hadir sebagai adik saya. Maryam kecil yang ceria dan polos membuat hari-hari saya lebih berwarna... seiring berjalannya waktu, sosok Maryam saat ini tumbuh sebagai seorang wanita yang ceria, penuh dengan energi positif.. dan yang membuat saya mantap untuk menjadikannya sebagai bagian dari hidup saya adalah... tekadnya untuk menjadi orang yang lebih baik. Dengan tekadnya itu, saya yakin saudari Maryam bisa menjadi penyempurna ibadah saya... dan sama-sama kita bisa meraih ridho Allah Azza Wa Jalla menuju syurga-Nya...”

Satu tetes air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Anela, suasana lamaran kini berubah menjadi penuh haru dengan uraian kata-kata yang di sampaikan oleh Haidar.

Eyang Indra pun disana, semakin merasa lega, Aku tlah menitipkan cucuku di tangan yang tepat...

“Bagaimana dengan saudari Anela?”

Anela menatap penuh harap kepada sang pria kasih yang barusan meminangnya...

“Inshaa Allah... saya bersedia...” “Saya bersedia untuk menjadi bagian dari hidup Mas Haidar dan menjadikan Mas Haidar... sebagai imam saya...”

Semua serentak mengucapkan syukur atas diterimanya pinangan Haidar. Dengan diterimanya seserahan dan rangkaian acara lainnya, akhirnya acara lamaran Haidar-Anela selesai dengan lancar dan penuh khidmat...

Bismillah menuju halalnya ya guys 😚😚😚