Kesempatan Kedua

Tak terasa sekarang jarum jam sudah menunjuk ke arah pukul 18.45 dan kedua insan yang baru saja menghabiskan waktu bersamanya itu akhirnya berhenti di depan rumah berpagar putih itu.

“Makasih ya, Kak Jo, untuk hari ini hehehe... Bella jadi refresh lagi deh!” decak Bella riang.

“Sama-sama, Bel, nanti kalau nanti malem mau video call untuk nyelesein makalah uprak boleh kok, kabarin aku aja ya,” ucap Jonathan lembut.

Bella mengangguk semangat, lalu mereka bergeming sejenak belum mau berpisah. Bella mencuri-curi pandangan ke arah pria kasih yang ada di hadapannya malu-malu, begitupun Jonathan yang tak bisa melepaskan pandangannya sedikitpun dari Isabella. Mereka tenggelam dalam ratap asmaranya masing-masing.

Tanpa sadar, tangan kokoh Jonathan sudah menangkup kedua pipi Isabella lembut. Ia memotong jarak antara mereka sehingga nafasnya saling bersautan hangat, Bella memejam matanya rapat-rapat.

Cup!

Jonathan memberi kecupan singkat di kening Bella dengan penuh cinta.

“Aku sayang banget sama kamu, Bel,” tutur Jonathan membisik lembut.

Wajah Bella langsung memerah tomat, “A-aku... juga sayang Kak Jo...”

Pemuda itu langsung memeluk tubuh mungil kekasihnya erat-erat dan mempersembahkan suara detak jantungnya untuk Bella. Kehangatan Jonathan mampu membius semua rasa lelah dan penat Bella dalam menghadapi sulitnya masa-masa tahun terakhir sekolahnya.

Setelah 15 menit mereka saling berbagi kehangatan, akhirnya Jonathan kembali masuk ke dalam mobilnya lalu berpamitan pulang dengan sang kekasih meskipun hatinya berat untuk mengakhiri hari kebersamaannya.

Tanpa mereka sadari,

Dari jauh sana, ada sosok laki-laki muda berjaket jeans yang menjadi saksi atas keromantisan mereka. Dengan hati pilu, ia harus menelan bulat-bulat sebuah realita...

Pada akhirnya untuk berdamai dan bertingkah baik-baik saja itu ternyata sulit... Bel, apakah pengorbanan terakhir gue kemarin belum cukup untuk mendapatkan hati lo?