Kelas Aisyah
Gue tengah melihat-lihat satu tas penuh seluruh baju Aisyah yang dia kasih pinjam ke gue.
“Sementara ini kakak pakai baju Aisyah dulu, kakak harus inget ya, baju yang harus kakak pakai mulai saat ini adalah baju yang tertutup seperti ini. Tidak melekuk bentuk badan dan gak tipis bahannya. Jilbabnya harus menjulur panjang ke dada, sekarang kakak biasain dulu aja pake kerudung bergo setelah udah terbiasa, aku akan ajarin kakak cara pakai jilbab pashmina.”
Ternyata untuk jadi orang baik di mata Allah itu prosesnya panjang ya, kalo untuk orang kayak gue yang harus mulai semuanya dari nol... berat juga.
Eh, gak boleh gitu, Anela, masa iya lo mau maksiat terus??
Emang di kata di surga nanti ada orang dalem??
Ayo semangat! Lo udah bertekad sampai sejauh ini! Pasti lo bisa kok!
Gue menoleh ke arah cermin panjang yang ada di samping, menelisik hijab panjang yang kini membalut kepala sampai dada gue dengan sempurna, kalau boleh jujur, rasanya adem banget dan menenangkan. Hati gue terasa lebih secure, gue jadi inget kelasnya Mas Haidar pada saat itu.
Memang Allah itu selalu tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya, salah satunya dengan menurunkan perintah memakai pakaian tertutup kayak gini.
Pokoknya balik dari pondok, gue mau borong semua gamis sama kerudung panjang kayak gini.
“Kak Anela?”
Gue praktis merespon, “Iya, Syah?”
“Ayo kita ke kelas depan, kita belajarnya disana.”
Gue mengangguk mengikuti aba-abanya, “Oh iya.”
Aisyah menulis kalimat 'SHALAT' besar-besar dengan gaya tulisannya yang hampir sama dengan milik abangnya, “Step paling awal dan paling utama untuk memperbaiki diri kita adalah, dengan memperbaiki shalat! Kalau kita sudah memperbaiki shalat, maka Allah juga akan memperbaiki hidup kita,” “Shalat itu merupakan tiang dari agama dan juga amal ibadah pertama yang akan di hisab hari kiamat nanti! Jadi sepenting itu shalat bagi kita sebagai seorang mukmin.”
“Di hisab... di hari kiamat? kayak di film 2012 itu?”
“Iya, tapi hari kiamat yang sebenarnya tuh jauh lebih dahsyat dari film 2012, mana ada manusia yang masih hidup di hari kiamat.”
Gue meneguk ludah bulat-bulat, Wah kalo pas kiamat gue belum tobat-tobat juga bisa mampus gue...
“Dalam Islam, kita punya dua macam shalat yaitu shalat wajib dan sunnah. Nah, shalat yang wajib itu adalah shalat yang harus kita laksanakan dan gak boleh di tinggal sama sekali, kalo kita berani meninggalkan shalat wajib itu dosa! dan dosa meninggalkan shalat itu gak main-main lho...” “Oke, shalat wajib itu di bagi 5 waktu. Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Shubuh itu dikerjakan sebelum matahari terbit kisaran jam 4 sampai jam 5 kurang, sesuai waktu adzan yang di tentukan...” “Ayo, Kak Anela, di catet!”
Gue mencatat seluruh penjelasan Aisyah baik yang di lisan ataupun yang ada di papan tulis.
“Dzuhur itu dikerjakan ketika matahari berada di tengah, atau bisa dibilang tengah hari ya, kisaran jam 12 kurang sampa jam setengah 1 kurang, sesuai waktu adzan yang ditentukan...” “Ashar dikerjakan ketika sudah mulai memasuki waktu sore, biasanya di kisaran jam 3 ampe jam setengah 4...”
Aisyah hebat ya, dia bisa ngafalin waktu shalat sampai se-detail itu... sedangkan gue, boro-boro inget waktu shalat, inger harus shalat aja gak pernah terlintas di otak gue... duh, Anela, Anela...
”...Dah, kira-kira segitu untuk detail waktu shalatnya tapi yang paling penting itu, adzan. Kalo adzan sudah berkumandang berarti itu sudah waktunya kita untuk shalat, jadi pastikan kita harus siap sedia mendengar adzan.”
“Aku mau nanya dong, Syah”
“Apa?”
“Kira-kira dosa meninggalkan shalat tuh apa aja ya?”
Wajah Aisyah seketika menegang di tempat, dia meletakkan buku tipisnya beserta spidol di atas meja kotak rendah disampingnya, melangkah mendekati gue dengan penuh misterius.
Tapi yang jelas, aura Aisyah jadi berubah gelap.
“A-Aisyah...?”
“Jangankan 5 waktu... ninggalin shalat 1 waktu aja... dosanya itu bener-bener menyeramkan, kak...” “Bayangin aja... Kakak meninggalkan shalat shubuh aja, dosanya itu harus di tembus dengan di siksa selama 60 tahun di dalam Neraka, sedangkan 1 hari di Neraka itu rasanya seperti 1000 tahun di dunia...”
Oke, gue bergedik ngeri dengernya...
“Kalo kakak meninggalkan 1 waktu shalat dzuhur, dosanya itu setara dengan membunuh 100 jiwa orang Islam, ngebunuh 1 orang aja dosanya gede banget... kalau meninggalkan 1 waktu shalat ashar, dosanya itu sama seperti menghancurkan Ka'bah... terus kalau kakak-”
“Cukup, aku gak kuat dengernya... berarti dosa aku gak kebayang betapa besarnya selama ini.” “Kamu bisa ajarin aku shalat yang benar, Aisyah?”
Senyuman lebarnya langsung terlukis hingga menampilkan lesung pipit manisnya itu.
“Dengan senang hati, kakakku tersayang!!”