Kami Sudah Tumbuh
Beberapa tahun kemudian... Mina dan Ibrahim berusia 25 tahun...
“Lho, Azura belum pulang? Papa jemputnya telat ya nak?”
Suara lembut itu datang dari seorang wanita cantik yang dibalut hijab pink pastel, dia adalah gadis kecil yang dulu kita kenal sebagai Aminah Haliza Azzahra.
Ya, dia adalah Mina yang sudah dewasa.
“Papa sebentar lagi datang, Bu Mina... jadi Azura disuruh tunggu disini...” ucap lagi gadis kecil itu, Mina menghela nafasnya sambil membantu muridnya itu merapihkan barang-barang di tasnya dengan telaten.
“Ya sudah kalau gitu tungguinnya bareng Ibu ya, mau main di luar?” ajak Mina lagi sambil menggandeng tangan Azura, mereka melangkah keluar menuju taman bermain sekolahnya.
Tak di sangka sosok yang ditunggu sudah datang, Ayah dari Azura, muridnya Mina sudah datang dengan tergopoh-gopoh, “Azura sayang!”
Gadis kecil itu langsung berlari memeluk ayahnya erat-erat. Mina terhenyak, ia jadi teringat fakta di balik lelahnya ayah Azura yang harus menjemput putrinya itu sepulang kerja. Azura merupakan anak piatu yang sudah di tinggal Ibunya sejak lahir, dan Azura sering menceritakan bagaimana kerja keras ayahnya yang pagi hingga malam memenuhi kebutuhan putri semata wayangnya seorang diri.
“Terima kasih ya, Bu Mina! Ayo, Azura salim dulu terus bilang makasih sama Bu Mina!” pinta sang ayah.
Azura berlari kecil lagi ke arah Mina, “Bu Mina, terima kasih!”
“Iya, Azura, sama-sama...”
“Ibu, ibu!”
“Ya sayang?”
“Bu Mina mau gak jadi mamanya Azura?”
Waduh...
“Terima aja sih, lumayan kan dapet satu gratis satu.”
Mina langsung melempar bantal oranye kecilnya ke wajah Ibra.
“Rese lo!”
“Lah bener kan? Umi suka ceritain gimana sakitnya melahirkan, nah kalo lu dapetin duda anak satu gak usah mikir-mikir lagi kudu punya anak!”
Mina memicing matanya sebal, “Sependek itu pemikiran lo, Bra? Please deh, lo tuh udah gede.”
Ibra mencibir kakaknya ngejek, “Ya itu solusi cepat namanya, kalo gamau yaudah bukan urusan gue.”
Sejak kecil hingga sekarang mereka tetap adalah sepasang saudara kembar yang tak pernah satu suara namun saling menyandar satu sama lain. Mina yang berceloteh lalu di balas semprul oleh adik kembarnya, Ibra.
Mungkin barusan kalian melihat sosok Ibra yang masih tengil seperti dulu waktu dirinya masih kecil, tapi lain cerita kalau sudah berada di depan hadapan banyak orang untuk mempresentasikan desain bangunan artistiknya yang sudah di akui oleh se-Nusantara. Karisma seorang Ibra yang di turunkan sang ayah juga tak kalah kuat dan sukses memikat banyak kaum hawa.
Sayangnya entah apa alasannya, Ibra masih betah melajang hingga sekarang.
Mina kembali menatap laptop di pangkuannya, membuka beberapa e-mail masuk dari sang editor yang menagih naskah tenggat waktunya.
“Ya ampun, deadline-nya masih lama tapi gue udah di tagih-tagih kayak gini sama si Desra!” Mina mengeluh lagi kesahnya sambil mengibas rambut sepunggungnya emosi.
“Kan promosi buku lu yang kemarin masih belum selesai?” tanya Ibra.
“Makanya! Argh, bikin stres aja nih!”
“Block aja udah.”
Mina memutar bola matanya malas, “Lemes banget mulut lo, Bra, asli.”
Ibra terkekeh geli dan dia beranjak dari tempatnya menuju kamar tidurnya meninggalkan Mina sendirian disana.
Mina mengambil ponselnya yang ada di sisi tempat duduknya, ia membuka satu kontak yang biasa menjadi tempat keluh kesahnya...
” Bang Husein “
Hah... udah berapa tahun gue cuman bisa numpahin keluh kesah disini, udah Mina, lupain dulu soal Bang Husein! Fokus aja sama kerjaan!
TING!!
Notifikasi e-mail masuk berdentang singkat membuat Mina ketar-ketir—karena takut itu e-mail tagihan dari editornya.
Dear Aminah Haliza Azzahra,
Thank you for applying your article on our official website, SunriseKids, and we would like to invite you to teach about Indonesia Cultural in our school for 3 months at Sunrise International Primary School, Hungary, Budapest...
“HAAAHHHHHHH???!!!!”
Pekikan Mina mengejutkan seisi rumah bahkan sampai seluruh keluarganya serempak keluar dari kamarnya.
“Kenapa, Mina?!”
“Woy kenape lu?!”
“Ya ampun, Mina, kamu kenapa—”
“MINA DI UNDANG KE BUDAPEST!!!”
Haidar, ayah Mina mengerut kedua alisnya, “Ha-hah? Apa?”
“MINA DI UNDANG UNTUK NGAJAR DI SEKOLAH INTERNASIONAL DI BUDAPEST SELAMA 3 BULAN, BII!!” decak lagi Mina kegirangan.
Ibra menganga, “Lu-lu di undang buat ngajar di Budapest?”
“IYAA, YA AMPUNNN!! SENENG BANGET, PADAHAL MINA KAN NGE-SUBMIT ARTIKEL DI WEBSITE ITU KARENA DISURUH DESRAA!!” “Fix aku harus kasih tau Desra dulu!”
Ketiga orang yang diberi kabar masih mematung, sampai 5 menit kemudian...
“HEH, KAMU MAU TINGGAL DI BUDAPEST 3 BULAN SENDIRIAN?? YANG BENER AJA KAMU!!” — Haidar
“Lho emang kenapa sih?! 3 bulan doang kok!! Fasilitas juga semuanya di kasih sama pihak sana!!” — Mina
“Mas! Disana kan ada Kak Adit sama Angel! Kita hubungi aja mereka!” — Anela
“Udah fix, Abi, kita gak bisa biarin nih Mina sendirian dulu disana jadi kita kudu liburan sekeluarga disana sekalian mampir ke tempatnya Om Adit!” — Ibra
“Seenak jidat kamu kalo ngomong, emang kamu pikir Abi gak ada kerjaan disini?” — Haidar
“Ih bener juga ya, Mas, liburan 2 minggu disana cukup kali... tempatnya bagus-bagus deh.” — Anela
“Ah kalian ini otaknya liburan mulu, kalau memang harus kesana juga kan untuk memastikan Mina aman disana!” — Haidar
“Jadi kita pergi gak nih, Bi?!” — Ibra
“Ya... ya mau gimana lagi, kalau memang 2 minggu cukup untuk mastiin Mina aman semuanya.” — Haidar
“Yey!! Suamiku memang yang terbaik!! Ibra, akhirnya kita bisa liburan ke tempatnya Tante Angel!! Aku mau hubungin Angel dulu disana!” — Anela
“Oh ya aku juga harus hubungin Bang Trian dulu buat hold proyek yang di minta Om Jeffry.” — Ibra
Mina geleng-geleng heran,
“Anu, tolong ya... ini Mina ke Budapest bukan untuk liburan oi... ini Mina buat kerjaan .... “