Jealousy

“Mina kenapa? kok mukanya tegang gitu?”

Gadis itu menggeleng cepat sambil berusaha menyantap makanannya dengan rileks. Dari belakang terasa ada hawa kehadiran sosok yang sangat tak di inginkan.

“Aminah?” suara itu membuat Mina menghela nafasnya panjang. Ia menoleh ke belakang, mendapati sosok pria bertubuh tegap bersama gadis berambut pirang yang ada di sampingnya—tampak seperti sepasang kekasih. Nafas Mina tercekat, sorot matanya berubah muram. Apalagi sosok gadis yang di sanding Husein itu menyungging senyuman miring.

“Oh, Husein? lo kesini juga?” Aaron ikut menyapa, di balas senyuman pasi Husein seraya kedua pemuda itu berjabat tangan, “Wah, bawa gandengan juga ternyata hahaha....”

Husein menatap sekilas Elena, “Gue cuman bawa temen aja kok, kebetulan dia suka masakan Indonesia.” Mendengar kalimat itu, Elena langsung mengerucut bibirnya kesal.

Sedang Aaron menatap penuh arti sosok Mina yang ada di sampingnya, ia berharap lebih. Kehadiran Mina di sisinya sekarang bukanlah sekedar teman, ini tersirat ada doa yang ingin menjadikan Mina sebagai miliknya.

Sinyal itu tertangkap oleh Husein, sebagai sesama laki-laki.

“Mina sendiri datang kesini nemenin Aaron atau gimana?” matanya beralih ke Aaron, “Tahu gitu, mending aku ajak Mina aja.”

Jantung Aaron tersentak, sunggingan senyum penuh arti Husein membuat egonya tersentil.

“A-Apaan sih?! Kayak aku bakal mau aja di ajak Bang Husein!”

Husein mendelik, bisa-bisanya jawaban tak di harapkan yang keluar dari bibir manis gadis kasihnya. Mina melengos sebal, ia beralih melahap makanannya lagi mengacuhkan kehadiran Husein.

“Wah, kena telak banget tuh...” Aaron terkekeh geli, sekaligus merasa menang.

Husein tak mau kalah, dia mengambil kursi di samping Mina dengan cepat. Meja berbentuk bundar itu langsung penuh, di isi oleh 4 piring dari masing-masing insan yang saling duel.

Husein tak berhenti memerhatikan gerak-gerik Aaron dan Mina sambil menyantap makanannya, sedang Elena juga terus memerhatikan Husein dan Mina. Gadis berambut pirang itu merasa di acuhkan, sampai akhirnya ia memiliki ide topik pembicaraan.

“Aaron sama Mina ada hubungan apa? kok bisa-bisanya di ajak ke acara kayak gini?” tanya Elena antusias.

Mina meneguk minumnya cepat, “Gak ada, cuman rekan kerja.”

“Ini acara bukan sembarang acara lho, orang-orang disini berpasang-pasangan semua...”

“Kamu sama Bang Husein sendiri gak ada apa-apa kan? Apa bedanya sama hubungan kalian dengan kita?”

Telak. Skak mat. Gak ada yang bisa mengalahkan perkataan Mina disitu.

Mina mulai merasa tidak nyaman dengan atmosfir acaranya, gadis itu langsung berdiri dari duduknya, “Mina kamu mau kemana?!” sahut Aaron.

“Cari makanan manis, sekalian cari angin.”

Aaron hendak menyusul gadisnya namun Husein dengan cepat menahan lengannya, “Gak usah di kejar, dia bilang mau cari angin.”

“Bukan urusan lo, lepas.”

“Urusan gue, Mina itu kenalan lama gue.”

“Gara-gara lo dateng, dia jadi badmood.

“Oh ya? kalo emang gara-gara gue, berarti tujuan gue udah selesai.” Husein melangkahkan kakinya, mendekati Aaron dan menatap tajam mata sipit Aaron, “Lo suka kan sama Mina, Ron?”

“Kalo iya kenapa? udah gue bilang ini bukan urusan lo—”

“Gue juga suka sama Mina.”

Mata Aaron terbelelak sempurna.

“Terus? apa yang harus gue lakukan soal itu?”

“Nyerah.”

Aaron menggertak giginya.

“Husein, ini tempat umum jadi tolong—”

“Kenapa? mau pukul gue disini?” Husein semakin maju menantang amarah Aaron, “Semakin lo menunjukkan, semakin terlihat kalau lo itu kalah, Aaron. Lo lihat sendiri dia badmood kan? gue kesini cuman memastikan, apa dia cemburu dengan kedatangan gue dan Elena—”

GREP!! Aaron langsung menarik kerah baju Husein kasar, “Jaga mulut lo! gak seharusnya lo berbuat kayak gitu!”

“Karena gue juga cemburu lihat Mina sama lo!!”

Husein melotot, semua perhatian pengunjung tertuju ke pertikaian antara Husein dan Aaron. Mina tak sadar, dia keburu buta dengan hidangan makanan manis yang ada disana.

“Asal lo tahu, Mina itu cinta pertama gue dan gue adalah cinta pertama dia! sampai kapanpun, Mina itu punya gue!”

“Bukan gitu caranya, Mina itu perempuan baik-baik! kalau memang lo mau milikin dia ya datang dengan gentle dan istimewakan dia, Husein!”

“Banyak hal yang harus gue selesaikan, tapi bukan berarti gue lupa sama Mina!” Husein melirik ke Elena, “Gue gak mau Mina kenapa-kenapa karena sesuatu yang belum gue selesaikan!”

“Kalau gitu selesaikan sampai tuntas! Lo gak yakin bisa bahagiain Mina kan?”

Ucapan itu menohok dada Husein.

“Kalau gak yakin, mending lo aja yang nyerah,” ujar Aaron dengan senyuman remeh.

Husein mengeratkan cengkramannya di kerah baju Aaron, “Jaga mulut lo!”

“Hey, hey, apa ini ribut-ribut di pesta saya?!” sang tuan rumah langsung turun tangan melerai pertengkaran kedua pria muda itu. Mereka saling beradu tatap ingin membunuh, namun rasa malu yang meredam amarah keduanya sampai Mina kembali lagi dengan wajah polosnya.

“Aku udah kenyang, aku pulang duluan ya?” gadis itu mengambil tasnya.

“Aku anterin!” kedua pemuda itu serempak menyahut, lalu saling beradu tatap tajam lagi.

“Apa sih? aku bukan anak kecil, aku banyak kerjaan soalnya belum selesai ngerjain tulisan. kalian nikmatin aja pestanya, dah...” Mina melangkah sendirian keluar. Kehadiran dua pemuda itu sekarang membuat Mina kurang nyaman, apalagi Elena tadi sempat berpikir yang enggak-enggak soal hubungannya dengan Aaron.

Ini kali ya yang Abi bilang bisa memicu fitnah, kayaknya aku harus jaga jarak sama Kak Aaron atau Bang Husein... huwe.... jadi pengen cepet pulang....