Jarak dan Kita
Naresh menyelesaikan shalat dzuhurnya dengan salam terakhirnya, sambil berucap istighfar sejenak dan berdiri dari tempatnya, ia bergegas mengambil tas backpacknya untuk segera memasuki kelas siang.
“Nana~~”
Sekumpulan gadis berpenampilan nyentrik itu datang mencegat pemuda itu di depan pintu kelasnya, senyuman penuh menggoda sang gadis berambut coklat terang itu seraya jari lentiknya yang melilitkan ujung rambutnya manja, Naresh sudah khatam dengan maksud kebiasaan gadis ini.
“Kayaknya... akhir-akhir ini kamu lagi sibuk banget ya, kamu gak mau santai-santai dulu nanti malam sama kita?“ucap gadis itu dengan lenjeh, Naresh yang dulu bisa membalas godaan itu tak kalah nakal, sekarang wajahnya datar menatap gadis itu malas.
“Sorry, gue gak bisa”balas Naresh lugas dan padat, begitu ia hendak memasuki kelasnya, gadis itu tak tinggal diam dan memeluk lengan Naresh seolah memberikan jurus maut yang jauh lebih menggoda.
“Ih, judes banget sih... kayaknya dulu Nana-nya aku gak gini deh...” “Jangan-jangan... kamu udah punya pacar ya?”
“Enggak, Sof, emang gue udah gak bisa aja.”
“Ya kenapa? gak mungkin banget seorang Nana gak mau di ajak party sama Sofia. Biasanya yang bisa nolak Sofia tuh orang-orang yang udah punya pacar...”
Seketika kepala Naresh langsung membayangkan sosok gadis berhijab sederhana yang tengah merengut di hadapannya...
Aisyah.
Kenapa dia jadi kepikiran soal Aisyah?
“Hayo, Nana, jadi bener ada yang gantiin Sofia dari hati Nana—”
“Iya, gue lagi jaga hati seseorang.”
Gadis pemilik nama Sofia itu tersontak dengan jawaban tegas Naresh.
“Naresh...beneran pacaran?”
“Enggak, tapi gue lagi suka sama cewek, dan gue mau jaga hati gue buat dia.”
“Oh gebetan maksud kamu? Emang sama Sofia cantikan siapa?”
“Cantikkan dia lah, jauh.”
“Kok gitu?!”
“Karena cantiknya dia udah nyentuh hati gue, Sof.”
Sofia mendecih remeh.
“Puitis banget, ya terserah lo sih, Na, nanti lo sendiri yang nyesel udah nyia-nyiain gue.”
“Iya, lo emang lebih pantes dapetin cowok yang lebih baik dari gue, kalo bisa bukan sebagai partner mabok doang.” “Dah ya, bentar lagi masuk kelas gue, mending lo balik gih.”
Naresh melengos pergi, membiarkan Sofia menghentakkan bumi kesal dan menyumpah serapah laki-laki jangkung itu yang sudah menolaknya.
Aisyah di pesantrennya, saat ini sedang ada acara gabungan di aula pondok sehingga para santriwan-santriwati bisa saling bertatap muka. Tentu saja, bagi para remaja yang sedang bergejolak masa pubertasnya, mereka akan mencari berbagai cara untuk bisa menarik perhatian lawan jenis. Termasuk teman-temannya Aisyah saat ini.
“Eh lihat deh, itu si Ahmad, cowok teladan dari kelas 3A!”
“Masha Allah meuni kasep pisan, euy, urang ge jadi mleyot kiyeu ih ngeliat Ahmad...“
“Nama lengkapnya Ahmad apa sih? Mau aku doain di sepertiga malamku.”
“Ih urang ge hayang!“
“Aku juga mau! Aku duluan!”
Aisyah menengok sebentar malas, dia yang melakukan kriminal kecil, yaitu diam-diam membawa ponselnya dari ruangan pengawas, menunduk rendah-rendah sambil membuka ponselnya dan check sosmed orang-orang terdekatnya.
Tep. Jari Aisyah terhenti begitu ia menemukan profil Naresh dari kolom komentar postingan abangnya. Ia mengetuk username Naresh dan menyeret lagi ke postingan paling bawah. Naresh tampaknya sangat aktif di media sosial, followersnya bahkan menyentuh puluhan ribu dan tampaknya dia termasuk selebriti sosmed disitu. Banyak postingan endorsement yang menampilkan wajah tampannya,
Kak Naresh lagi apa ya sekarang...?
“Aisyah, Aisyah!”
Aisyah menoleh ke sumber suara.
“Lihat deh, di antara 3 serangkai 3A itu, yang kamu suka yang mana?”
Aisyah memaling wajah ke arah atas panggung dimana ada 3 pemuda tampan yang sedang menampilkan bacaan Al-Qur'annya, tilawah dan syahril Qur'annya penuh khidmat. Bisa dilihat para kaum hawa benar-benar terpesona dengan ketiga pemuda itu.
Aisyah sih enggak.
“Gak tahu ah, bukannya udah biasa ya liat mereka tampil mulu? jadi bosen liat mukanya juga”komentar Aisyah.
“Ih kamu mah gitu, lempeng banget kalo lihat cowok! Kamu masih normal, kan, Syah?!”
“Astagfirullah ya iyalah! Sembarangan kamu!”
“Abisnya kamu, bisa-bisanya bilang bosen lihat mereka. Justru penampilan mereka tuh yang paling kita tunggu-tunggu tahu!”
“Yaudah itu kan kalian, aku mah enggak.”
Gadis di samping Aisyah cuman mencibir sebal, “Ah kamu mah tempoan Naruto wae makanya masih mabok sama si Sasuke!” “Maneh mah gak asik!”
Aisyah tak menggubris cibiran kawannya, melainkan matanya masih fokus dengan tampilan ponselnya yang masih menampilkan senyuman manis Naresh di media sosial...
Kok kangen ya?