Inget Saya Ya?

Naresh, pemuda berparas tampan nan pangeran itu tengah menatap jam tangannya berkali-kali. Menunggu kehadiran seseorang yang tak kunjung datang, Et dah, Bang Haidar ngaret apa gimana? Gua udah nungguin dari tadi!

“Akbar! Faiha! Mainnya jangan jauh-jauh! Sini kakak potongin buah nih!”

Suara melengking itu mengejutkan Naresh, ia menoleh ke sumber suara dan mendapati sosok gadis yang tak asing baginya tengah telaten memotong buah sambil tersenyum hangat keibuan...

Aisyah.

“Oh... bisa ngasuh juga kamu”alih-alih menyapa, Naresh justru usil mengejek gadis itu yang tengah duduk santai di saung.

“Ngapain kamu kesini?!“pekik Aisyah

“Mau belajar.”

“Belajar apaan?!”

“Ya belajar ngaji lah.”

“Belajar ngaji? Segede kamu gini gak bisa ngaji?”

Kedua alis tebal Naresh mengerut, “Yaudah sih, kan saya mau belajar!” “Saya kan bukan lulusan pesantren kayak kamu!”

Aisyah tertawa remeh, “Eh, Bang, yang namanya ngaji itu gak mandang situ lulusan mana. Itu tuh pedoman hidup, siapapun itu yang mengaku beriman harus bisa baca Al-Qur'an dan menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidupnya.” “Yah tapi gapapa kok belajar dari sekarang, belum terlambat juga malahan bagus punya kesadaran untuk belajar Al-Qur'an, iya toh?”

Aisyah kembali fokus dengan buah yang di potongnya, Naresh menatap lekat tiap inci fitur wajah gadis di hadapannya, ia akui bahwa gadis ini memang memiliki paras yang cantik menawan, hanya saja kalau di dekati tampaknya pawang di belakang Aisyah sangatlah ganas dan perlu perjuangan ekstra.

“Aisyah.”

“Hm?”

“Kamu—”

“AW!!”

Aisyah memekik begitu jarinya tergores pisau hingga mengalirkan banyak cairan merah segar, “Astagfirullah hal adzim, duh darahnya banyak banget!!“begitu Aisyah hendak menghisap jarinya, dengan cepat Naresh menahan tangan gadis mungil itu dan ia segera merogoh tasnya untuk mengambil dompet P3K daruratnya.

Tangan besar Naresh menangkup tangan Aisyah dengan lembut, “Ada saya sebagai pertolongan pertama kamu jadi gak usah di jilat segala lukanya.”

Naresh segera mengambil beberapa kapas dan membasahinya dengan air mineral yang ada di sampingnya, menyeka setiap aliran darah yang masih mengalir dari jari telunjuk Aisyah yang tersayat, rasa sakitnya memang hilang...

tapi jantungnya yang tak bisa berhenti berdetak.

“Astagfirullah Aisyah, inget ini lagi di obatin... kebanyakan nonton drama Korea nih jadi mikir yang enggak-enggak!!(╥﹏╥)”

“A-Aduh!“rintih Aisyah begitu Naresh sedikit menekan lukanya agar darahnya berhenti mengalir, dengan perlahan Naresh membukanya sedikit demi sedikit, begitu darah sudah berhenti mengalir, ia memberikan luka merah di sekitar sayatan luka pada jari mungil gadis itu.

“Kamu kurang minum ya?”

Aisyah tersontak, “Ha-hah? Enggak juga kok...”

“Sehari ini udah minum berapa gelas?”

“Hmm... 2 botol 350 ml...?”

“Kurang. Sehari minimal tuh 2 liter atau 8 gelas, wajah kamu pucat soalnya.” “Banyak-banyakin makan makanan yang mengandung zat besi juga.”

Naresh selesai merekat luka Aisyah dengan plester, pemuda itu cepat menarik tangannya dan merapihkan dompet P3K nya itu ke dalam tas.

“Ternyata kamu tuh... dokter?”

“Belum, lebih tepatnya saya anak kedokteran.”

“Calon dokter?”

“Bisa dibilang gitu.”

Aisyah mendecak kagum, “Ih hebat, keren...”

Naresh hanya terkekeh, “Kalo kamu kira-kira mau jadi apa?” “Seharusnya anak SMA udah punya tujuan ke depannya kan?”

Aisyah bergeming panjang, “Hmm... sebenernya saya masih bingung mau jadi apa, lagipula kan saya masih 16 tahun juga, masih jauh lah.”

“Kan tetep aja 2 tahun lagi kamu udah harus nentuin mau kuliah jurusan apa nanti, itu kan harus sesuai sama cita-cita kamu.” “2 tahun itu waktu yang singkat, Aisyah.”

Bukannya menjawab, Aisyah malah merengut kesal, “Ya-ya gatau deh! Saya belum mikir kesana! Pusing!”

Naresh mengangkat satu alisnya heran, tapi di satu sisi ia merasa gemas dengan tingkah laku gadis di hadapannya yang masih sangat kekanak-kanakan.

Tapi...

“Kak Aisyah... mau itu...“dua balita kecil datang menyerbu Aisyah sambil memberi isyarat buka mulut meminta buah potongannya.

“Oh iya sayang, eh tapi Akbar, tangan kamu kotor jadi cuci tangan dulu disana sama Kak Faiha, oke? Banyak bakterinya lho hiii....” “Nanti kalau udah selesai, kakak suapin disini.”

Naresh terhenyak dengan kelembutan Aisyah terhadap anak-anak kecil barusan, sisi keibuannya yang sangat melekat itu seolah menghangatkan hati pemuda itu dan tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas di kepalanya.

“Aisyah.”

“Hm?”

“Kamu cocok jadi perawat.”

Aisyah mendelik, “Hah? Perawat... Suster maksudnya?”

“Iya, suster di rumah sakit. Kayaknya itu cocok untuk kamu.” “Daripada bingung mikir lagi mau jadi apa kan?”

“Duh, aku gak kuat liat darah! Mana bisa jadi suster gitu!”

“Percaya sama saya, Aisyah.” “Kamu cocok jadi perawat, serius.”

“Ehem!”

Dehaman tenor khas dari belakang kedua anak muda itu sukses membuat mereka mematung belum lagi tatapan tajam yang menusuk ke arah Naresh...

“Saya suruh kamu tunggu di kelas, Naresh, bukannya disini dan berduaan sama adik saya.” “Kalau laki-laki dan perempuan bukan mahram berduaan berarti yang ketiganya siapa?”

”...Bang Haidar...?”

“Owalah bocah edan... Aisyah! Sana kamu ke dapur! Mending kamu bantuin Nafisa bikin puding!!” “Daritadi bocah-bocah udah pada masuk kelas kalian masih disini berduaan, lama-lama ta jitak palamu!”

“Ih, Abang! Siapa juga yang mau berduaan! orang tadi Akbar sama Faiha lagi cuci tangan buat makan buah tau-taunya malah masuk ke kelas!” “Nih liat! Jangan suudzon dulu! Tadi Naresh ngobatin jari Aisyah karena kesayat pisau tau!”

Bukannya lega, Haidar malah melotot ke arah Naresh, “Situ pegang-pegang tangan adik saya?!”

“Ya Allah, Bang, kan saya ngobatin tangannya Aisyah bukan macem-macem!”

“Alah kalian bincang-bincang banyak kok, daritadi saya mantau kalian dari jauh!” “Naresh, mending kamu ikut saya ke kelas sekarang! Jangan sampe saya berubah pikiran dan depak kamu dari sini!!”

Gila, perlu perjalanan panjang buat dapetin cewek modelan Aisyah...

Sedangkan Aisyah...

*Ternyata Naresh gak seburuk yang aku kira, tapi sayangnya sebentar lagi aku harus pergi... kira-kira dia bakal inget aku gak ya...?” Semoga dia bisa terus inget sama aku...