Honeymoon
Kedua insan itu saling bergandengan tangan menyusuri berbagai destinasi wisata yang sudah di arahkan dari pihak travel yang membawa keduanya. Berbagai pasangan pengantin baru lainnya juga ikut berpartisipasi, dan pihak travel memang sengaja membawa destinasi tempat yang romantis khusus para pasutri yang sedang berbulan madu.
“Mas Nana, ayo sini foto sama monyetnya!”
“Gak ah! Kamu aja.”
“Hmm... takut ya?”
“E-Enggak, siapa yang takut?!”
5 menit kemudian Aisyah meletakkan monyetnya di atas kepala Naresh.
“HAHAAHAHAHAHHAHAHA MUKANYA TEGANG BANGET!!! SANTAI AJA KALI MAS!!!”
Naresh merutuk dalam hati, Sabar, Res, sabar... ini istri... sabar ya...
BRUK!!
“A-Aw!”
Turis bule bertubuh besar menyenggol punggung Aisyah hingga wanita mungil itu terpental dari tempatnya. Alih-alih minta maaf, si turis tersebut malahan menatap tajam ke arah Aisyah dan melengos pergi tanpa meninggalkan sepatah kata.
“Hey you! You should apologize to my wife!!” sahut Naresh geram, tak di gubris oleh turis bule tersebut Naresh berteriak lagi, “HEY YOU BIG BUDDY!!”
Yang dipanggil menoleh.
“You should apalogize to my wife, you just hit her shoulder.”
Aisyah langsung panik gelagapan, “Ma-Mas udah gapapa—”
“I think your wife should know her place, she's blocking the way.”
“But still, you just hit her.”
Kedua netra Naresh sudah menusuk dalam turis bule itu hingga nyali Aisyah ikut menciut. Suaminya itu terlihat sangat menyeramkan ketika sudah murka seperti ini, ia takut sebentar lagi akan ada pertumpahan darah disini.
“Okay then, sorry about that, Miss.”
Pria bule bertubuh raksasa itu pergi meninggalkan tatapan membunuh ke arah Naresh, lagi-lagi pria itu naik pitam namun Aisyah cepat mencegat tubuh suaminya agar tidak memancing keributan.
“Udah, Mas Nana! Aku gapapa, dia udah minta maaf juga!”
“Apaan, gak ikhlas banget minta maafnya! Wah beneran ngajak berantem—”
“Mas udah ih! Gak usah peduliin orang kayak gitu! Liburan kita jadi keganggu cuman gara-gara dia, yuk ah kita lanjut jalan lagi!”
Aisyah menyeret lengan suaminya itu menuju tempat tujuan selanjutnya, membiarkan amarah suaminya itu mereda sejalan mereka menikmati lagi pemandangan sekitar.

“Huwaa hari ini senang banget deh! Aisyah baru kali ini ngerasain jalan-jalan seseru ini! Makasih banyak ya, Mas!”
Naresh tersenyum jumawa sambil menyuapkan satu potongan daging steak-nya ke mulut istri tercintanya. Aisyah masih sibuk memilah foto untuk ia upload ke dalam sosial medianya, rasanya masih seperti mimpi bisa menikmati perjalanan romantis bersama orang yang di cintai. Aisyah tak bisa melepas pandangannya dari wajah sang suami, begitupun Naresh yang terus ingin memperlakukan istrinya dengan banyak hal istimewa. Keduanya sangat menikmati perjalanan bulan madunya sebagai sepasang suami istri.
“Mas, Mas! Masa kata Bang Haidar si kembar nangis lho gara-gara kangen sama aku, hahahaha...! Lucu banget gak sih?!”
“Hahaha iya, kemarin Bang Haidar juga bilang sama aku, si kembar mau main ke rumah buat ketemu kamu.”
“Oh ya, terus??”
“Ya kita kan mau ke Bali, jadi aku bilang nanti pas pulang dari Bali aja sekalian dibawain oleh-oleh.”
Aisyah tertawa, “Hahahaha... nanti aku mau beliin baju-baju lucu ah buat si kembar!” wanita itu kembali sibuk dengan ponselnya, “I-Ih, Bang Haidar apaan sih?! Ngeselin banget!”
“Kenapa, sayang?”
“Ini! Masa kata Bang Haidar request keponakan 5 biji! Et dah, gak jelas banget!”
Naresh tersontak lalu ia terkekeh geli mendengar reaksi dari istrinya, “Yaelah, dikira apa! Hahaha... Dia juga bilang gitu sama aku.”
“Terus, Mas Nana jawab apa?!”
“Ya aku bilang 'siap laksanakan!' gitu.”
“Ihh, Mas Nana!!”
Aisyah memukul lagi lengan suaminya berkali-kali hingga prianya meringis kesakitan. Grep, Naresh cepat menangkap tangan mungil Aisyah dan menatap lemat wajah istrinya.
“Aku udah bilang kan, kalau udah sah nanti, aku bisa lebih galak dari kamu?” Naresh mencengkram lagi tangan Aisyah, “Bisa jaga sikap kamu sama suami?”
Nyali Aisyah menciut drastis, suara Naresh yang semakin dalam itu membuat dadanya berguncang. Tak sadar mata wanita itu berkaca-kaca dan sontak Aisyah mengusap netra cantiknya yang mulai menitikkan satu air matanya.
“Eh kamu nangis?!”
“Ukh... takut...”
“Ya Allah, aku cuman bercanda, Aisyah utututu sayang, jangan nangis dong...”
“Mas Nana nyeremin... kok Mas Nana ngancem aku kayak gitu sih...”
“Enggak kok, enggak, jangan nangis sini, Mas peluk utututu...”
Naresh memeluk kencang bahu mungil istrinya yang mulai bergetar saking ketakutannya dengan 'sisi lain' Naresh barusan, ya untuk informasi tambahan, memang kalau Naresh sudah marah dia bisa berubah menjadi orang lain yang sangat menyeramkan. Mungkin kalau kalian ada di posisi Aisyah juga ikut menangis ketakutan.
“Mas Nana kalau marah gitu ya... Aisyah takut...”
“Ya-ya... makanya jangan bikin Mas marah...”
Aisyah mengeratkan lagi pelukannya, menelungkup wajahnya di dada bidang Naresh rapat-rapat hingga pria itu sedikit merasa sesak.
“Mas Nana...”
“Ya?”
“Mas Nana janji kan gak akan ninggalin Aisyah?” Aisyah mendongakkan kepalanya, “Aisyah mungkin bukan wanita yang sempurna, Aisyah mungkin suka bikin Mas Nana kesel, Aisyah juga mungkin aja... bikin Mas Nana ilfeel tapi... Mas Nana gak akan ninggalin Aisyah kan?”
Naresh menghempas senyum kecilnya, ia mengecup kening istrinya lembut seraya membisik, “Sayang, kalau memang kamu bukan wanita yang sempurna maka kekurangan kamu itu yang akan aku lengkapi, kalau kamu buat aku kesel mungkin itu ujian kesabaran bagi aku dan kalau kamu bikin aku ilfeel... aku pastikan itu tidak akan pernah terjadi, karena hari-hari bersama kamu itu semuanya indah.” “Aku pun bukan laki-laki yang sempurna, dan aku memilih kamu untuk melengkapi kekuranganku. Aku sendiri juga suka bikin kamu kesel, tapi aku harap kamu bisa sabar menghadapi aku dan tegur aku kalau memang aku buat kesalahan, dan kalau aku bikin kamu ilfeel... tuntut aja aku untuk menyenangkan hati kamu, Aisyah.”
Aisyah menggeleng, “Enggak, Aisyah juga gak akan mungkin ilfeel sama Mas Nana! Aisyah sayang banget sama Mas Nana!”
“Haha iya gitu?”
“Hmm...”
Naresh menangkup kedua pipi wanita kasihnya, “Lihat mata aku.”
Aisyah membalas kedua netra sang suami dengan tatapan sendunya.
“You're the one and only, ini bukan hanya sekedar janjiku sama kamu tapi ini janji suci antara kita, Allah dan juga alam semesta. Jadi kalau aku melanggarnya, kamu bisa bayangkan berapa pihak yang mengutuk aku, Aisyah?” “Karena kamu adalah sayapku menuju syurga-Nya.”
Aisyah menatap lemat-lemat bola mata hazel milik Naresh.
“Dan begitupun kamu, Mas, ridho dan syurga ku sekarang ada padamu...”
Pria bersurai hitam itu kembali mengeratkan pelukannya lagi, memberikan kehangatan yang dalam bagi wanita singgasana hatinya bersama mentari senja yang turut menjadi saksi kisah cinta keduanya.
Hari demi hari, detik tiap detik kedua insan saling mencintai itu menikmati momen berduanya di Pulau Dewata dan mengukir banyak kenangan selama 3 hari ke depan sebelum akhirnya mereka benar-benar menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri yang sesungguhnya.
Terima kasih sudah mengikuti perjuangan cinta antara Naresh dan Aisyah!❤️
— LAGNIAPPE 2 ; END —