Happy Ending, Thank You
7 tahun kemudian....
Wanita berusia 29 tahun itu tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk orang terkasihnya. Perutnya yang membesar itu dengan hati-hati ia menjaga tiap gerakannya.
“MAMIIII!!!!” Sahutan riang dari gadis kecil berusia 6 tahun itu disambut hangat oleh wanita cantik itu, “Mami, semalem Papi bacain aku cerita yang Papi tulis untuk Nadine! Katanya nanti Nadine bakalan ketemu pangeran berkuda putih kayak Mami ketemu sama Papi!”
Chelsea Audrey Wijaya dan keluarga kecilnya, mereka sudah bahagia sekarang.
“Papi mah bukan pangeran berkuda putih,” ucap Chelsea dengan nada mengejek, “Tapi pangeran kodok!”
Gadis kecil pemilik nama Danielle Nadine Arkananta itu tertawa terbahak-bahak mendengar guyonan sang ibunda.
“Enak aja kamu kalo ngomong, hati-hati entar Nadine beneran nganggep aku kodok!” protes Gama dari kejauhan dan dibalas Chelsea dengan melet lidah usilnya.
“Eh tapi bener juga kata Mami, soalnya Papi kalo tidur suara ngoroknya kayak kodok, kayak gini nih! groookkk.... groookkk....” cicir Nadine meniru suara ngorok ayahnya sampai Gama dibuat jengkel.
“Oh Nadine sekarang sekutunya sama Mami ya? Okay, fine, no more story for tonight.“
“Ih papi mah ngambekan, tolong dong mami cium papi biar ngambeknya hilang!”
Chelsea geleng-geleng kepalanya lalu mengikuti pinta putrinya itu untuk memberi satu kecupan di pipi sang suami. Senyuman Gama langsung mengembang lebar.
“Oke sip, nanti malam Papi bacain dua buku sekaligus spesial untuk Nadine!”
“YEEEYYY!!!”
Husband : Sayang, kamu gapapa kontrolnya ditemenin Maya dulu? Aku minta maaf banget ini soalnya lagi seleksi audisi cast film aku selanjutnya....
Chelsea : Gapapa santai aja, semangat yaa, paksuuu<3
Husband : Nadine biar aku jemput aja, dia berangkat les bareng Arkan soalnya.
Chelsea : Iya sayang, makasih yaa paksuuuu<3<3<3
Husband : My pleasure, queen<3
“May, maaf ya ganggu waktu lo hehe harusnya lo istirahat weekend gini tapi malah nemenin gue kontrol....”
Maya, kalau kalian ingin tahu kabar Maya sekarang tentunya dia baik-baik saja dengan kondisinya sekarang. 7 tahun Maya bertahan menahan rindu atas jarak yang takkan tergapai dengan Ghaza, meskipun masih seorang diri tapi Maya merasa kehidupannya jauh lebih baik.
“Gapapa, gue juga gabut kok.”
“Nanti balasannya gue kenalin lo deh sama kenalannya Gama, gimana?”
Maya menghela napas, “Mending gak usah sekalian, gue masih belum minat cari pasangan, Chel.”
Chelsea hanya menghela napas seraya mengelus pelan perutnya yang besar, dengan uluman senyum hangat dirinya tentu masih teringat sosok sahabat yang begitu ia rindukan. Bayi yang ada di dalam kandungan Chelsea adalah bayi laki-laki, dan Chelsea dengan Gama sepakat untuk memberikan nama Ghazaliel untuk anaknya agar kelak menjadi sahabat sekaligus kekasih favorit banyak orang, sebagaimana dulu mendiang Ghaza yang dicintai banyak orang dan kepergiannya pun masih dirindukan oleh banyak orang terkasih.
Sebelumnya Chelsea selalu kontrol kehamilannya di salah satu rumah sakit di Cikarang bersama kedua orang tuanya namun karena Gama meminta Chelsea untuk menetap di Jakarta bersamanya jadi ini adalah kali pertama Chelsea kontrol di tempat yang baru. Jujur saja, Chelsea sedikit kecewa dengan ketidakhadiran suaminya tapi mau bagaimana lagi, untung saja ada Maya yang setia menemani Chelsea di saat Gama sedang berhalangan.
“Atas nama Ibu Chelsea Audrey Wijaya, silahkan masuk ke ruangan ya!”
Maya membantu Chelsea untuk bangkit dari tempat duduknya, menuntun sahabatnya itu sampai masuk ke dalam ruangan.
“Selamat siang, Ibu Chelsea....”
Suara bariton itu membuat kedua wanita tersebut memencak lebar matanya.
“Silahkan duduk, kita mulai untuk pengecekannya ya....”
Satu bulir air mata menetes dari pipi Chelsea, “Ghaza....?”
Sang dokter muda dengan ekspresi bingungnya tertegun, ia tersenyum manis dan membuat kedua wanita itu kehabisan kata-kata.
“Sebelumnya perkenalkan, saya Dokter Jingga Alkashya, dokter spesialis kandungan yang akan menjadi dokter pendamping Ibu Chelsea untuk kontrol masa kehamilan sampai kelahiran nanti, salam kenal...”
Semuanya bagai deja vu.