First Day – Introduction
Ibrahim dengan jas hitam rapihnya bersama kemeja maroon. Ia menaikkan kacamatanya dan menatap satu per satu karyawan yang ada di kantor.
“Halo semuanya, disini kita punya Pak Ibrahim yang akan membantu saya untuk mengawasi kalian, juga kalau ada perlu apa-apa bisa konsultasi dengan beliau. Dan saya mau minta tolong ya sama bagian HRD untuk buka lowongan kerja untuk sekretaris Pak Ibrahim, syarat dan ketentuannya kayak biasa aja. Tolong seleksi baik-baik.” Trian yang mengambil posisi memperkenalkan sosok Ibra di sampignya.
“Baik, Pak.”
Ibra maju, “Oke, saya mau minta tiap divisi datang ke ruangan saya untuk kasih laporan kemajuannya ya, nanti akan saya check satu per satu barangkali ada yang harus di tambahkan.”
Di belakang sana, terlihat beberapa karyawati yang kasak-kusuk membicarakan sosok Ibra yang begitu mempesona. Kharismanya begitu kuat, membuat banyak kaum hawa yang terbius oleh aura dari sosok Ibrahim El Fatih.
“Ini mah gawat banget gak sih kalau dua cowok ganteng yang jadi atasan kita?”
“Duh mana dua-duanya masih lajang juga, gue shalawatin boleh kali ya?”
“Kira-kira tipe idealnya Pak Ibrahim kayak apa ya?”
Kasak-kusuk itu tentu tak terdengar, tapi dari gestur dan gerakannya sangat mudah terbaca oleh Ibra. Ia cuman geleng-geleng heran.
Ya ampun, lagi perkenalan aja masih ada yang gosip....
“Bra, kita lagi ngerjain proyek pembangunan komplek di sektor yang udah di tentuin ini. Kebetulan ini ada link dari bokap gue juga, jadi lo mungkin bisa bantu maintain ya.”
Ibra membaca satu per satu proposal yang diberikan Trian. Ia mencerna tiap tujuan yang ada di paragraf sebelum menetapkan satu keputusan.
“Udah berapa persen progressnya?”
“Masih dikit lah, 20% mungkin? Makanya pas banget lo join sama kita disini, gue butuh juga arahan dari lo, kan lo anak arsitek juga.”
Ibra menoleh, “Ada politik gak?”
“Ha-hah?” Trian menjawab kikuk.
“Campur tangan politik, buat naikin harga.”
Trian menggeleng cepat, “ENGGAK LAH!! Ini masih bersih kok! belum ada campur tangan siapapun, investornya juga aman semua dari bokap, santai aja lah!”
“Kalo lo butuh arahan dari gue, jangan pernah bawa campur tangan politik disini. Sekali kertas itu kotor, semua jadi kotor, dan kemungkinan gagalnya jauh lebih besar.” Ibrahim meletakkan proposalnya, “Kayaknya bakal banyak berkas yang harus gue kerjain. Tolong di percepat ya untuk sekretarisnya.”
“Oh iya santai, sebenernya kita punya kandidat-kandidat kuat dari sebelumnya jadi untuk penyeleksiannya gak bakal lama.”
Ibrahim mengangguk-angguk paham. Ia membuka ponselnya dan membuka satu per satu e-mail masuk, matanya tertuju ke satu e-mail yang selama ini ia nantikan namun....
Congratulations!
Dear Ibrahim El Fatih,
We are pleased to inform you that you have been accepted as an master-degree student at Ankara University, Faculty of Architecture for the first semester...
Pemuda itu menghela nafas panjang, sampai akhirnya dengan tangan yang gemetar ia menggeser e-mail nya.
Are you sure want to delete this e-mail?
Yes.
Deleted.