Connection

“Sshhh... Aw!”

5 menit Naresh tak sadarkan diri di ruangan media, begitu ia sadar, Aisyah langsung membawa tubuh Naresh ke dalam ruangannya dan mengobati beberapa titik luka terutama di kening atas dan sudut bibirnya.

“Tenaga kamu gila ya, ngalahin algojo kayaknya,” cetus Naresh terus meringis kesakitan

“Ya-ya abisnya dokter ngapain sih di tempat gelap-gelap gitu! Kan saya mikir ada maling tadi!“balas Aisyah tak terima

“Ada urusan saya di ruangan media.”

“Ya kenapa harus ngendap-ngendap gitu?! Mana bajunya item-item gini kayak beneran maling!” “Untung saya gak bawa setruman, bisa-bisa Dokter saya buat tewas di tempat!”

Naresh mendecik lidahnya, “Kalo sampe kayak gitu mah kamu beneran ada dendam kesumat sama saya.” “Tadi kamu mukul saya sekalian ngelampiasin kecewa kamu sama saya ya?”

Aisyah memicing matanya sebal, ia sengaja memencet luka Naresh kencang bahkan memukulnya hingga Naresh merintih kesakitan lalu membereskan semua obat-obatan di kotak P3K-nya.

“Aduh... beneran di pukul...“rintih Naresh

“Udah, mending sekarang Dokter pulang ke rumah terus istirahat! Besok pagi kan harus praktek lagi!“seru Aisyah sambil mengambil menghentakkan kakinya ke bumi gemas. Iya, Naresh yang melihatnya gemas.

“Aisyah!”

Aisyah menoleh dengan wajah cemberutnya, “Apa?!”

Naresh tersenyum lebar, “Mulai sekarang, mohon bantuannya selama di tempat kerja ya!”

Aisyah memutar bola matanya malas, “Hm.”

Naresh terkekeh. Ia juga ikut berdiri dan keluar dari ruangannya.

Puk, puk

Naresh menepuk pucuk kepala Aisyah usil. Ia meninggalkan Aisyah diam mematung di belakangnya.

Naresh sukses membuat hati Aisyah jadi semakin berantakan.