Confession
“Bel ini serius kamu mau confess?”
“Iya serius, Abi tunggu disana aja liatin kita disini.”
Abi menghela nafas panjang, “Yaudah atuh, urang tungguan di situ ya.”
“Oki doki!”
Bella kembali mengepal tangannya gelisah, ia berdoa sejenak mengadah kedua tangannya dan berharap semoga bisa mendapat jawaban yang ia inginkan dari Nathan.
Sedangkan Abi, dari jauh dengan hati pilunya, jantungnya ikut berdesir tak karuan menanti kehadiran Nathan dari dalam rumahnya.
Krieett...
Sosok pemuda berjaket hoodie putih itu hadir tepat di depan Isabella.
“Eh, Bella?“sontak Nathan kaget
“Hehehe, halo, Nat!“sapa Bella girang seperti biasa
“Kesini sama siapa?”
“Sendiri! Hehehe...”
Nathan tahu Bella berbohong, tapi ia sendiri tak bisa menemukan keberadaan Abi yang bersembunyi di balik tembok bebatuan sana.
“Ada apa kamu sore-sore ke rumah?“tanya Nathan datar
Bella memejam matanya sejenak, ia menarik tangan Nathan perlahan dan menggenggamnya erat.
“Nathan... Bella suka sama Nathan...”
Jantung Abi terasa seperti di cabik-cabik. Melihat tangan Bella yang menggenggam erat tangan Nathan itu membuat harapan cintanya pupus, namun semakin terjerat dalam hatinya. Cinta bertepuk sebelah tangan yang menyakitkan ini, entah dosa apa Abi harus merasakannya.
Kenapa semesta tak memberi restu untuk cintanya?
“Nathan... Bella kaget banget pas tahu Nathan harus pindah ke Bandung, Bella sedih karena gak bisa ngundang makan Nathan lagi nanti... Bella janji kok nanti makanan buat Nathan gak pake keju—”
Nathan menyingkirkan tangan Bella dari pergelangan tangannya.
“Maaf, Bel...”
Mata Bella membulat sempurna, menampilkan bola matanya yang mulai berkaca-kaca, “A-Ah gapapa, kok, Nat! Bella gak maksud ngajak pacaran atau gimana! cuman... cuman mau nyatain aja perasaan Bella ke Nathan selama ini karena mau pisah...” “Nathan tenang aja, meskipun jauh pun, hati Bella tetep untuk Nathan—”
“Isabella...”
Tatapan mata sayu Nathan memberi isyarat buruk bagi Bella.
“Lupain gue, gue bukan cowok yang baik buat lo.”
Hati Bella tersayat lagi.
“Ma-Mana mungkin Bella lupa sama Nathan... Nathan tuh cinta pertama Bella...” “Kenapa Nathan nyuruh Bella lupain Nathan? Salah ya kalo Bella nyatain perasaan kayak gini ke Nathan? Kita kan masih bisa temenan, Nat...”
“Gak bisa, Bel. Situasinya udah beda.”
Jawaban lugas itu membuat hati Bella semakin hancur.
“Gue gak sebaik yang lo kira, lebih baik jaga hati lo untuk laki-laki yang pantas menerimanya, Bel.” “Tolong, lupain semua perasaan lo ke gue.”
Tanpa disadari, air mata Bella jatuh dari pelupuk matanya.
“Nat... kenapa kamu tega banget nyuruh aku lupain kamu...? Serisih itu kah kamu sama aku...?”
“Bukan risih, tapi perasaan lo membebani gue, Bel.”
Abi mengepal kepalan tinjunya keras-keras. Hatinya ikut sakit mendengar tiap kalimat Nathan yang terus menyayat hati gadis pujaan hatinya, kalau Abi gak ingat kondisi fisiknya Nathan, sudah di pastikan sahabatnya itu sekarat di tangannya.
“Bella minta maaf, Nat... kalo perasaan Bella membebani Nathan...”
Nathan membalik badan dan meninggalkan gadis itu menangis dalam tundukkan kepalanya. Ia masuk ke rumahnya membiarkan Bella menangis kencang di luar sana...
Begitu pintu kayu itu sudah tertutup rapat, giliran Nathan yang menangis meraung-raung mengutuk takdir.