Bimbel
“Eh yang tabel perbedaan bakteri sama protista lihat dong!”
“No 10 masuknya ke Kingdom Animalia gak sih?”
“No 17 Eutrofikasi, Bella! Bukan Nitrifikasi!”
“Persilangan yang terjadi antara...”
Suasana rumah Abi saat ini dipenuhi dengan anak-anak tahun terakhir yang sedang mengerjakan soal-soalnya. Abi terkekeh, ia tak ikut bimbel bersama kakak sepupunya karena pilihan karirnya itu, jadi dia ambil bimbel di tempat lain.
“Bi, daripada bengong mending bantuin kita!” sahut Satria.
“Ogah ah, capek belajar mulu” jawab Abi dengan nada mengejek.
“Dih anjing, gaya bener. Apa yang bisa di harapkan dari kaum murtadin pengkhianat seperti anda?”
PRUK! Abi melempar plastik bekas snack-nya itu ke arah muka Satria. Ia mengintip Bella yang sedang berusaha keras mengerjakan soalnya sendiri. Wajah seriusnya itu membuat Abi merasa gemas sendiri, Bella kalau sudah sungguh-sungguh seperti ini rasanya seperti mempersiapkan diri untuk mengguncang dunia.
“Serius amat Bel,” goda Abi sambil menyender kepalanya ke punggung Bella.
“Minggir, Bi, gue lagi fokus.”
Abi terkekeh, dia malah sengaja gesek-gesek kepalanya ke punggung Bella hingga konsentrasi gadis itu buyar.
GREP! GYUT!! Bella dengan cepat memiting leher Abi keras-keras hingga pemuda itu tersedak-sedak dengan kekuatan lengan Abi.
“SIA TEH BOSEN IDUP APA GIMANA ANJING??!! HAH??!!“gertak Bella tiada ampun, Abi seolah sudah sekarat di ujung maut ia terus memukul-mukul lengan Bella namun tiada hasil karena gitu-gitu, Bella jagoan karate sabuk hitam dan sering lomba tingkat nasional. Senjata Bella kalau sudah memiting leher orang, itu tak bisa di tandingi siapapun.
Makanya Abi beneran cari mati sama Bella.
“Eh, eh itu kasihan anak orang! Lepas, Bel, lepas!!“dari kejauhan Jonathan langsung melerai pertikaian Bella dan Abi. Gadis itu langsung melepas lengannya dan Abi langsung bangkit dari posisinya.
“Alah siah, Bel, lu mau bunuh gua apa gimana?! Asli mau mati gua rasanya!”
“Salah sendiri bikin ulah, udah tau dibilang gue lagi fokus jangan di ganggu!”
“Ya kan biar lu rileks dikit maksudnya...”
“Diem atau gue pukul?!”
Jonathan yang melihat kedua insan itu bertengkar hanya bisa tertawa geli. Bagaimanapun mereka masih remaja, emosinya masih meledak-ledak dan salah satu contohnya seperti ini. Dia jadi rindu dengan masa mudanya.
“Makasih, Kak Jo!!”
“Tararengkyu ya, Bang Jo, kita pamit pulang!!”
“Iya, hati-hati!”
Jonathan menghela nafasnya panjang, seluruh muridnya sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali satu orang.
“Si bodor, baru belajar gitu aja udah teler,” celetukkan Abi di hadapan Bella yang sedang terlelap di atas meja. Laki-laki itu hendak mengambil jaketnya namun Jonathan menahan Abi pergi.
“Biar gue aja,” tanpa aba-aba, Jonathan langsung membawa tubuh mungil Bella ke punggung besarnya. Abi tersontak di tempat.
“Lah, Bang, bangunin aja itu bocahnya!“sahut Abi.
“Jangan, kayaknya semalem dia juga belajar mati-matian sampe kantung matanya tebel gini.”
Jonathan melangkah keluar dari pintu rumahnya, Abi menggaruk kepala bingung.
“Ah yaudah lah, terserah dia.”
Kira-kira menghabiskan waktu 15 menit jalan kaki ke rumah Isabella. Pria berusia 27 tahun itu dengan susah payah membawa tubuh gadis itu di punggungnya, aroma stroberi manis yang mencuat dari tubuh Bella membuat jantung Jonathan berpacu cepat.
Bagaimanapun Bella ini perempuan.
Mata Jonathan juga sudah lama memerhatikan gadis berambut panjang sepunggung itu.
“Isabella, apa saya punya kesempatan untuk menempati hati kamu kelak?”