Belum Usai
Angel dan Adit tergopoh-gopoh memasuki kafe es krim dimana lokasi tersebut yang di kirim Jovian. Jantung wanita itu tak bisa berhenti berdetak tak karuan, dengan peluh dingin yang membasahi keningnya. Jovi adalah manusia yang sangat Angel hindari terutama perihal anaknya, Husein. cukup Angel yang harus menjadi korban pada saat itu dan ia tak sudi Husein harus mengenal sosok Jovian dalam hidupnya.
Tubuh Angel terhenti di hadapan tubuh seorang pria pemilik tinggi 177 cm yang tengah menatapnya sinis. Senyum miringnya seolah sangat menantikan kehadiran sosok wanita yang kini sudah berhijab panjang.
“Memang kamu tidak pernah berubah, Angel... selalu cantik di mata aku.”
Adit langsung maju dan tak tanggung-tanggung melayangkan satu pukulan ke pipi Jovian hingga tubuhnya terpental jauh ke belakang.
“Kyaa! Mas Adit!” jerit Angel kaget.
“Jaga mulut kamu, Jovian...!” Adit mengecam geram dan menusuk kedua mata Jovian dengan tatapan membunuh. Jovian hanya berdiri santai sambil tertawa remeh menatap anak kecil di sampingnya.
“Anak Papa takut ya? Sini nak...” ucap Jovian sengaja memeluk Husein.
“HUSEIN DIA BUKAN PAPA KAMU, JANGAN DENGERIN DIA!!!”
“Banyak urusan yang harus Papa selesaikan dengan Abi dan Umi kamu jadi bisa kan nunggu disini jadi anak baik?”
“JOVIAN, JAGA MULUT KAMU!!!”
“Kamu percaya kan sama Papa?” Jovian terus memberi ujaran provokasi agar Husein berpihak kepadanya. Anak malang itu hanya bisa celingukan menggaruk-garuk kepala bingung. Begitu tangan Angel hendak meraih tangan Husein, dengan cepat Jovian menahan tangan Angel dan mencengkramnya erat-erat.
“Akh!!” Angel merintih kesakitan.
“JOVIAN, LEPAS TANGAN KAMU DARI ISTRI SAYA!!!!” Adit lagi-lagi menghampiri Jovian namun lelaki licik itu tak tinggal diam, ia langsung melayangkan satu pukulan hingga Adit jatuh tersungkur.
“Sakit...! Jov, lepas!!” Jovian menarik tangan Angel dan menusuk dalam-dalam kedua netra cantik wanita itu hingga ia gemetar ketakutan. Senyuman psikopat Jovian mencuat lebar di wajahnya.
“Angel sayang... kenapa kamu lebih memilih laki-laki itu di banding aku...? Aku sudah pulang sayang, Husein itu anak kita...”
“CUKUP JOVI, LEPASIN!”
“Jangan teriak-teriak gitu... kasihan anak kita jadi ketakutan...”
Mata Angel langsung beralih ke Husein yang sudah menangis sesegukan di balik kursi saking ketakutannya.
“Jovi, tolong... jangan ganggu hidup aku lagi... aku mohon... sudah cukup kamu membuat aku menderita dulu... hiduplah sesuka kamu sekarang tapi tolong jangan ganggu hidup aku...”
“Aku gak ganggu kamu, aku hanya ingin kita bersama lagi dan membesarkan anak kita sama-sama, sayang...”
“Sudah, Jov... kita ini sudah selesai, kita ini cuman masa lalu... aku mohon lepasin...”
“Tapi Husein masa depan kita, Angel...”
“MASA DEPAN AKU SAMA KAMU SUDAH KAMU HANCURKAN DARI DULU, JOVIAN!! SEKARANG MASA DEPAN AKU CUMAN ADA MAS ADIT DAN HUSEIN!!! TITIK!!!” “Lepas...!!”
Jovian lagi-lagi menghempas senyum miringnya dan melepas cengkramannya dari pergelangan tangan Angel sehingga wanita itu merasakan tulangnya itu hampir remuk.
“Seharusnya pertemuan reuni kita gak berakhir seperti ini, Angel... tapi ya sudahlah. Kalau memang kamu lebih memilih laki-laki itu di banding aku,” Jovian membisik ke telinga Angel, “Setidaknya aku ingin memperlakukan anakku dengan baik sebagai ayah kandungnya...”
Angel melotot, ia ingin menahan lengan Jovian tapi pria itu sudah pergi jauh dari jangkauannya. Lutut Angel langsung melemas di tempat, ia tak menyangka akan ada peristiwa seperti ini setelah sekian lama ia mengubur dalam-dalam memori pahit yang pernah menghancurkan hidupnya dulu.
Tangannya gemetar hebat, ia benar-benar merasa terguncang dengan kehadiran Jovian di kehidupannya lagi.
“Angel!” Adit langsung memapah tubuh lemah istrinya, di ikuti Husein yang berlari memeluk ibundanya ketakutan sambil menangis hebat.
“Hu-Husein, tadi dia ngapain sama kamu?! Ada yang luka gak?!” Angel langsung cepat-cepat cek kondisi anaknya itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya, “Husein, kamu takut ya sayang...?”
Husein mengangguk, “Om itu... terus bilang dia Papanya Husein... Husein bingung, Umi...”
Angel dan Adit langsung memeluk erat putranya dan meleburkan semua ketakutannya hingga tangisannya mulai mereda. Masalah mereka kini menjadi kompleks, seolah semesta menuntut sebuah kebenaran untuk segera di ungkap terutama perihal nasab Husein, namun sayangnya... semuanya tidak mudah.
Apalagi Husein masih berusia 9 tahun.
Angel memeluk lagi erat-erat tubuh Husein sambil menitikkan air mata penyesalannya, “Maaf nak... maafin umi ya... ini semua salah umi, nak... maaf...”