Bandara, Epilog
“Kalian hati-hati ya,” Adit mengantarkan tas tenteng Mina setelah sampai di depan gerbang Boarding karena sebentar lagi Ibra dan Mina akan segera check in.
“Mina baik-baik ya disana sayang, pokoknya sukses terus sama semua tulisan dan pekerjaan kamu, Ibrahim juga ya, kamu harus amanah jadi pimpinan perusahaan! Pokoknya sukses buat kalian berdua!” Angel memeluk erat tubuh Mina lalu menepuk bahu Ibra. Keduanya berjalan sambil melambaikan tangannya, namun Mina tak henti menatap ke belakang sana...
Berharap akan seseorang datang mengucap perpisahan sebelum ia benar-benar pergi.
“Kak?” panggil Ibra, menyadarkan Mina dari lamunannya.
“Ah iya maaf, ayo kita berangkat.”
“AMINAHHHHHHH!!!!!”
Mina langsung menoleh ke sumber suara yang tak ia duga-duga. Ibrahim ikut kaget bukan main.
“Lah?! Bang Husein?!” decak Mina kaget, apalagi dengan melihat Husein yang berjaket tebal lengkap dengan tas tenteng besar yang ia bawa di bahunya memberikan beribu tanda tanya.
“Aduh abang ini telat kan jadinya?!”
“Maaf, Bun, aku ketiduran di rumah sakit langsung lari kesini, masih belum boarding kan?!”
“Belum, cepetan kamu check in sana sama Ibra-Mina.”
“Aku pamit ya, Ayah, Ibu!”
Mina dan Ibra masih mematung disana, tak mengerti dengan situasi yang terjadi dan terlebih kenapa Husein ikut mereka pulang ke Jakarta?! Apa maksudnya?!
“Ba-Bang Husein ikut ke Jakarta?! Ada perlu apa?!” tanya Mina masih tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
Husein mengatur nafasnya, lalu menoleh dengan senyum penuh kemenangan, “Aku mau ngelamar cewek!”
“HAAHHHH??!!”
“Santai aja dong, gak usah shock gitu.”
Ibra menyanggah, “Ya iyalah shock, lu mau ngelamar siapa?!”
Husein melirik Mina, “Ngelamar cinta pertama gue, langsung ke bokapnya.”
Ibra makin heboh, “HAAAAHHHH???!!!”
Husein menghadap Mina dan menatap lemat-lemat tiap inci fitur wajah gadis tambatan hatinya.
“Mina, kemarin aku ingin bilang sesuatu sama kamu sebenarnya tapi karena aku kaget kamu udah di lamar sama Aaron duluan itu membuat aku kehilangan semua kepercayaan diri aku.” “Sekarang, aku udah punya keberanian dan aku mau langsung menghadap Om Haidar untuk melamar kamu.”
Ibra masih menimpal, “Lah terus, lamaran si Aaron gimana?!” tanyanya ke Mina.
“Aku tolak lamarannya kemarin.”
“HAAAHHH???!!!”
Husein menambah lagi kalimatnya, “Apa kamu... masih mau kasih aku kesempatan, Aminah?”
Mina mengatup bibirnya rapat, menyembunyikan senyum sumringahnya bersama air mata yang membasahi pipinya.
“Aku bagaimana kata abi aja, Bang.”
“Kalau Om Haidar bilang iya, kamu mau terima aku?”
Mina terkekeh, “Bagaimana bisa aku tolak pinangan dari cinta pertama aku, Bang Husein?”
Husein tersenyum sumringah dan mendecak YES kencang-kencang. Tangannya hampir ingin memeluk Mina tapi dengan sigap Ibra memisahkan keduanya, memberi jarak sekitar 3 meter dari posisinya masing-masing.
“BELUM HALAL! TEMUIN DULU BOKAP GUE!!”
Husein langsung mengacak rambut Ibra usil.
“Siap dilaksanakan, adik ipar!”
“BELOMMM!!!!”
lagniappe 3 ; end January 09th, 2022