After Marriage

Sumpah.

Gue.

BINGUNG BANGET!!!

Ini... gue satu kamar sama Mas Haidar? Serius? Ya Allah... mau buka kerudung aja sekarang canggung banget...

“Kamu gak gerah? Gak mau ganti baju?”

MAU MENINGGAL GUE WOY!!! GUE GATAU HARUS NGAPAIN!!

“I-Iya mas, aku... mandi dulu.”

Gue cepet-cepet ambil handuk dari koper dan mempercepat langkah gue ke dalam kamar mandi guna menghilangkan semua pikiran yang mengganggu kepala gue. Serius ya, dulu emang gue nakal karena tukang mabok tapi gue berani bersumpah kalau GUE GAK PUNYA PENGALAMAN PACARAN SAMA SEKALI!!! Gue gak tahu cara mengawali hubungan dengan laki-laki karena ya... gue yang dulu gak suka terikat komitmen. Deket ama cowok iya, tapi kalau benar-benar berhubungan gitu gue gak pernah.

Pasti sehari setelah PDKT gue putusin itu cowok.

NAH SEKARANG, GUE HARUS SEHIDUP SEMATI SAMA COWOK????

Meskipun cowok itu Mas Haidar, tapi tetep, GUE GUGUP BANGETT!!!😭😭😭

Mau pulang aja rasanya...

“Maryam, kenapa kamu lama-lama di kamar mandi?!”

INI MAS HAIDAR NUNGGUIN GUE?? YA ALLAH PLEASE GUE DEG-DEGAN 😭😭

“Cuaca lagi dingin, jangan mandi lama-lama!”

Mulut gue udah gak sanggup jawab sahutan Mas Haidar dari luar. BISA GAK SIH GUE MENGHILANG DULU SEHARI AJA BUAT NGUMPULIN NYALI ABIS ITU DATENG LAGI, CLING! ASHAJVDKAL capek.

Mampus, jilbab gue jatoh di sofa! Aduh... Anela bego!

Gak ada pilihan lagi.

“Ngapain kamu nutupin kepala kamu kayak Masha and The Bear gitu?”

Gue cuman senyum cengengesan, “Rambut aku basah banget soalnya... hehehehehehehehe...”

Jelek banget gue, gatau ah capek gue.

“Kita sudah sah suami-istri, Maryam, untuk apa kamu tutupin lagi rambut kamu di depan saya?”

PEKA BANGET SIH JADI ORANG!

“A-Ah gitu ya, Mas?“meski begitu, tangan gue masih belum bisa melepas dari handuk yang membungkus rambut gue. SET! Mas Haidar bangun dari posisi baringnya lalu berjalan mendekati gue di meja rias...

“Aneh banget kamu, tadi pas resepsi masih ceria kenapa sekarang jadi pendiam gini?”

Gak usah nanya, Mas... saya jadi makin gak bisa ngomong...😭😭😭

“Kamu gugup ya sekarang? Tadi saya yang gugup, sekarang kamu yang gugup.”

Dengan lembut, Mas Haidar menyingkirkan kedua tangan gue yang masih menempel di handuk yang menutupi rambut gue, lalu mengambil alih menggosok rambut gue dengan lembut.

“Kamu potong rambut ya?“tanya Mas Haidar membuka topik

“I-Iya, Mas.”

“Kenapa?”

“Bi-Biar gak gerah aja.”

Mas Haidar tersenyum seraya menatap kedua mata gue dari cermin, “Cantik.”

Please atuh lah, mau tewas aja gue disini.

Mas Haidar menghentikan tangannya lalu melipat rapih handuk yang barusan membalut rambut gue, ia melangkah lagi ke arah kasur dan menyandarkan tubuhnya di dashboard ranjang.

“Sini.”

Gue tertegun, membelelakkan kedua mata dan mengatup kedua bibir gue saking gugupnya, gue mencoba mendekat ke arah ranjang perlahan...

Mas Haidar menepuk sisi sampingnya, memberi aba-aba agar gue duduk di samping dia dengan jarak yang sangat dekat. Ya gue tau kok kita udah sah, tapi... apa ya... GUE KENAPA CANGGUNG BANGET SIH HUWEEEEEEE

“Gak usah takut, saya gak akan macem-macem.”

IYA MAS AKU TAHU KOK MAS ORANGNYA BAIK, AKUNYA AJA YANG LAGI DONGO😭😭😭😭😭

Begitu gue mendaratkan tubuh gue di samping Mas Haidar sesuai aba-abanya, dengan cepat, tangan Mas Haidar merangkul erat lengan gue dan menyandarkan kepalanya di bahu gue dengan nyaman. Degupan jantung gue berdesir tak menentu, aroma maskulin Mas Haidar yang baru saja gue hirup sukses menjadi penghangat gue di kala terpaan angin air conditioner bersuhu 18 Celcius ini menusuk tulang gue.

“Kalau kamu belum siap gapapa, saya paham. Saya gak akan memaksa kamu,“Mas Haidar menatap kedua mata gue intens, “Kita bisa jalani semuanya pelan-pelan, Maryam.”

Mas Haidar menepuk lengan gue lembut, seolah menenangkan jiwa gue yang masih dirundungi takut bercampur gugup hingga akhirnya kedua rasa itu luluh dengan sendirinya...

“Maryam.”

“Ya, Mas?”

“Jangan tinggalkan saya, ya?” “Saya benci perpisahan.”

Gue mengangguk pelan, membiarkan diri gue tenggelam lebih dalam dengan kehangatan yang diberikan oleh Mas Haidar, “Iya, Mas... saya gak akan ninggalin Mas Haidar.”

Mas Haidar tersenyum lembut, “Tutup mata kamu.”

Gue mengikuti aba-aba Mas Haidar, lalu sedetik kemudian gue merasakan ada benda hangat yang menyentuh dahi gue dengan sangat perlahan namun dalam...

Gue membuka mata, melihat jarak antara wajah kami sudah terpotong bahkan hanya tinggal sejengkal.

Mas Haidar terkekeh, begitupun gue, dan akhirnya kami kembali saling memberi kehangatan hingga akhirnya... kita terlelap dalam pelukan.