Adore
“Anu... permisi, mbak,” Rose menyapa duluan gadis berhijab pashmina pink pastel di sampingnya, “Model kerudung mbak cantik banget deh, caranya gimana sih?”
Ayu terkejut dengan ungkapan Rose, tampaknya wanita cantik di hadapannya ini baru pertama kali menggunakan kerudung.
“Ah mau saya ajarin?” tawar Ayu.
“MAU DONG!! HEHE!!” di balas girang oleh Rose, Ayu langsung mencarikan model kerudung pashmina yang sama dengan ia pakai. Rose langsung duduk di hadapan Ayu, menatap cermin yang memantulkan wajah cantiknya sambil memerhatikan tiap gerak-gerik Ayu yang akan menjadi tutornya hari ini.
“Jadi gini, caranya mbak pakai kerudung dengan sisi pendek sebelah, di peniti lalu di lilit ke atas sampai ujungnya rapih terus di pasang jarum pentulnya di sisi dekat pipi,” Ayu menjelaskan caranya berkerudung seraya tangannya itu melilitkan kain cantik itu hingga rambut Rose tertutup sempurna. Matanya membulat sempurna, ia tak percaya bahwa kain yang saat ini menutupi rambutnya membuat wajahnya terlihat lebih meneduhkan, dan Rose sangat menyukainya.
“Wah iya, mbak cantik banget kalau di kerudung,” puji Ayu, dan orang-orang di sekitar juga ikut mendecak kagum atas kecantikan Rose.
Rose sekali lagi menatap lemat-lemat cermin di hadapannya, meresapi ketenangan yang ia dapat setelah kain hijabnya menutup seluruh auratnya dengan sempurna.
Jadi ini... rasanya pakai kerudung, pantesan ya orang-orang pada nyaman....
“Sebenarnya masih banyak, mbak, model kerudung cantik yang pas untuk pengguna hijab pemula.”
Rose menoleh ke Ayu, “Mbaknya bisa ajarin aku lagi gak?” bujuk Rose dengan puppy eyes andalannya.
“Saya harus ke pondok, mbak, sebentar lagi mau ada jam ngajar....”
Rose memencak lagi, “Yaudah aku ikut deh! biar aku belajar sekalian disana, boleh gaak? hehehe....”
Ya ampun, pacarnya Kak Ibra lucu banget sih... pantesan Kak Ibra suka.
“Bo-boleh kok, boleh banget! tapi gimana kalau kita buat janji aja di hari lain biar secara khusus aku ajarin mbaknya pakai kerudung, gimana?”
Sekali lagi wanita berambut panjang itu menatap haru tawaran Ayu yang bisa dibilang sangatlah bermurah hati. Bagaimana bisa ia bertemu dengan gadis secantik dan sebaik Ayu yang bak malaikat ini?
“Mau... bangett.... KAMU BAIK BANGET SIHHH!” Rose memeluk lengan Ayu tanpa segan, “Ayo kita tukeran nomor telepon! biar bisa saling komunikasi, aku mau temenan pokoknya sama kamu!”
Ayu terkekeh, “Iya boleh, sini mbak.”
Akhirnya kedua insan cantik itu saling bertukar nomor, dan mata Rose memicing sipit, berusaha berpikir siapa nama 'Ayu' yang ia kenal.
“Nama kamu kayak gak asing, pernah denger dimana ya....” Rose bergeming panjang.
“Anu, mbak, saya sekretarisnya Pak Ibrahim di kantor.”
Rose menganga selebar-lebarnya, “OWALAH KAMU SEKRETARISNYA MAS IBRAA? YA AMPUN GAK SADAR AKUU!” mereka saling berjabat tangan antusias, “Aku Rose, salam kenal ya, Ayu! pokoknya kita harus sering-sering hangout, aku juga mau tanya banyak hal sama kamu!”
“Ah... iya boleh, Mbak Rose, salam kenal juga...”
Rose langsung memborong banyak kerudung dari berbagai jenis, membayar semuanya dan berpamitan pergi dengan gaya heboh khasnya. Ayu yang melihatnya hanya tertawa geli, Rose itu bagaikan mentari hangat yang senyumnya terus bersinar. Tingkahnya yang menggemaskan membuat siapa saja jadi cepat nyaman.