Aditya dan Hati Angel
Pagi-pagi sekali pukul 6 tepat, Adit dengan Angel sudah duduk di kursi tunggu dengan urusannya masing-masing. Tadinya Fathiyyah dengan Ibunya ingin ikut ke Jakarta, tapi Fathiyyah harus mengerjakan ujian dulu dan menyusul keesokan harinya.
“Mau minum?“tawar Adit dengan air kelapa yang ada di tangannya
“Ah makasih, Mas...”
“Sebentar, biar saya yang bukain.”
Perlakuan Adit yang begitu lembut dan penuh kasih sayang terhadapnya membuat hati wanita itu menghangat. Wajah datar dinginnya itu tak seperti dengan perlakuannya.
Wanita mana yang tak meleleh?
“Mas Adit...”
“Hm?”
“Mas Adit punya pacar?”
Adit seketika tersedak-sedak dengan minumannya, Pertanyaan macem apa itu?!
“Maksudnya punya calon gak gitu?! Ya... orang kayak Mas Adit kayaknya gak mungkin pacaran tapi misalnya taaruf gitu sama siapa??”
Secercah harapan kecil ada di dalam benak Angel...
“Ada”
Jawaban lugas Adit tlah melenyapkan harapan kecil wanita itu, Tentu saja, Angel, Mas Adit berhak kok memiliki seorang wanita di hatinya. Kamu mikir apa sih...
“Terus gimana calonnya, Mas? Harusnya ikut aja sama kita ke Jakarta.”
“Calonnya orang Jakarta kok.”
Seperti ditusuk dua tombak, sebentar lagi Angel akan melihat sebuah fakta menyakitkan dari kehidupannya Mas Adit...
“Oh gitu... di kirain orang Sleman juga kayak Mas Adit.”
“Keluarga saya di Jakarta semua sekarang, saya di Sleman karena ada pekerjaan aja sekalian ngurus pondok.”
“Mas Adit sama Kak Haidar tuh saudaraan ya?”
“Saudara seiman, tapi rasanya kayak saudara kandung. Saya di besarkan juga sama keluarganya Haidar, jadi kita udah kayak kakak-adik.”
“Oh iya... pantesan sikap kalian sama...”
Angel tertawa geli begitu Adit mengerut satu alisnya heran.
“Kalian tuh sama-sama kayak cuek, dingin tapi ternyata hati kalian hangat. Perlakuan kalian juga sangat lembut, makanya Anela beruntung banget bisa dapetin Kak Haidar...” “Begitupun calonnya Mas Adit, dia adalah wanita yang sangat beruntung bisa memiliki hati Mas Adit.”
Adit menoleh sejenak menatap wajah Angel yang memasang ekspresi nanar. Nada lirih wanita di sampingnya itu tersirat memberi sedikit harapan sehingga mampu menyentuh hatinya...
“Memang, seharusnya wanita itu merasa beruntung karena memiliki hati saya...”
“Iya dong, hahaha...”
“Kalau begitu kamu seharusnya bersyukur, Angel.”
Angel mendelik kaget, “Hah? Kok saya...?”
Adit terkekeh, pria itu duduk menghadap Angel tegap dan memberikan senyuman lembut yang membuat jantung wanita itu berdegup tak karuan...
“Bukannya wanita yang bisa memiliki hati saya harus merasa beruntung?” “Berarti kamu harus bersyukur, Angel...“Adit mengusap wajahnya gusar, “Ah seharusnya saya dapet momennya di Jakarta aja setelah kamu lahiran tapi... kayaknya gak baik lama-lama.”
Angel masih diam menganga, “Ma-Mas Adit...?”
“Angel, mungkin kamu masih perlu banyak waktu untuk berpikir soal ini tapi saya harap, lamaran saya tidak menjadi beban untuk kamu, dengan hati yang tulus dan ikhlas... saya menginginkan kamu menjadi bagian dari hidup saya.” “Izinkan saya untuk menjadi pendamping hidup kamu, dan bertanggungjawab sebagai Ayah untuk anak dalam kandungan kamu, Angel...”
Sesaat lagi, Kereta Api Argo Lawu akan diberangkatkan dari stasiun Yogyakarta, menuju stasiun akhir Gambir Jakarta...
“Ah kereta kita mau berangkat, yuk kita naik keretanya!”
“E-Eh tapi, Mas Adit—”
“Gak usah terburu-buru kasih jawaban, kamu juga gak usah canggung sama saya setelah ini. Saya akan selalu tunggu jawabanmu.” “Sampai bayi kamu lahir, kamu tetap menjadi tanggung jawab saya.”
Adit langsung menyeret 2 koper besarnya dan menuntun langkah Angel yang sedang hamil besar agar tetap seimbang, perasaan Angel sekarang jadi tak karuan. Bagaimana bisa sosok seperti Mas Adit melamarnya di situasi seperti ini? Angel masih tak percaya kalau ini nyata.
Angel harus cepat-cepat bangun dari mimpi indah ini...
tapi ternyata,
ini semua kenyataan.