120 Seconds

“Mbak ini stroller berapa harganya?”

“Lagi promo bunda, jadi 800 ribu dari 1,2 juta.”

Disana ada Angel, yang sedang membawa dua kantong besar belanjaannya dan berjalan melihat-lihat perlengkapan bayi yang ada di pusat perbelanjaan kota. Wanita itu memang datang sendiri, tanpa kawalan siapapun, Angel tak mau merepotkan orang sekitarnya.

Lagipula ia ingin menikmati dunianya sendiri sebagai seorang calon ibu.

“Bunda ada yang jemput? Barangnya banyak sekali soalnya...”

“Ah enggak, Mbak, gapapa... saya pake taksi online kok...”

“Ya sudah saya bantu bawa ya belanjaannya...”

“Gak usah, Mbak, Makasih banyak... saya bisa bawa sendiri kok.”

“Bunda tunggu disini aja kalau gitu.”

“Enggak, Mbak, saya masih mau ke toko sebrang nyari makanan.” “Makasih banyak tawarannya ya...”

Terlihat jelas wajah sang pegawai disana sangat mengkhawatirkan kondisi Angel dengan perut besarnya yang membawa kantung belanjaannya susah payah. Gak habis pikir kenapa Angel gak mau dibantu sama sekali seolah memang tak membutuhkannya. Akhirnya Angel benar-benar berjalan sendirian.

Ia sampai di pinggir pemberhentian jalan, menunggu lampu merah berdentang dan alunan musik singkat sebagai aba-abanya menyebrang. Angel membuka ponselnya dan iseng mengambil beberapa foto selfie untuk menikmati momennya.

CKIIITTT!!!

Bunyi rem mobil memekik dari kejauhan, semua sontak menjerit namun Angel terlambat...

Di detik ia menoleh, tubuhnya langsung terpental jauh ke tengah jalan.

“ASTAGFIRULLAH TOLONG ADA KECELAKAAN TOLONGG!!!”

“TELEPON 112 CEPAT!!”

“TOLONG!!! TOLONG!!! ADA TABRAK LARI!! MOBILNYA KABUR!!!”

Suara itu kian lama terdengar menjauh, rasa sakit yang luar biasa dengan aliran darah yang mengalir dari bawah perutnya itu sungguh membuatnya ingin menjerit namun... bibirnya kelu dengan kalimat yang ia ucapkan lirih...

“To...long... anak...saya...”