1 Januari
“Tau gak sih kenapa gue gak bisa hidup tanpa lo, Bi?”
“Kenapa...?”
“Kalo gak ada lo, hari ulang tahun gue bakalan hampa banget gak dapet hadiah dari siapa-siapa.” “Papih aja kalo kasih hadiah suka telat seminggu, cuman lo doang yang ngasih hadiah tepat waktu sama gue.”
Kebersamaan Abidzar dan Isabella selalu memberikan momentum khusus bagi keduanya, salah satunya adalah cara mereka merayakan ulang tahun mereka masing-masing.
Abi yang kelahiran 23 April, dan Isabella 1 Januari.
Mereka mencatat tanggal itu sebagai tanggal yang bersejarah, karena kelahiran sosok belahan jiwa mereka yang selama ini mereka habiskan waktu bersama. Mereka juga merayakannya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sekarang, 31 Desember 2020...
Suasana ramai di malam pukul 23.30 menuju dentangnya jam dinding di rumah Bella, tepat pada pukul 00.00 nanti, ramai-ramai Bella dan kawan-kawannya saling memanggang makanannya masing-masing sambil bertukar canda tawa.
Momen itu juga tak kalah membahagiakan, tapi... bagi Bella seperti ada yang kurang kalau tak ada Abi disini.
“Bel, besok maneh ulang tahun ya? Mau hadiah apa dari urang? Akun Netflix mau?” tiba-tiba Satria bercuap sambil melahap jagung bakarnya itu.
“Wih mantep, boleh tuh!”
“Besok yah, belum urang proses soalnya.”
“Santuy... makasih, Satria!”
Bella menghela nafas lega begitu satu kawannya mengingat hari ulang tahunnya. Ia membiarkan momen bahagia ini terus berlangsung dengan meriah. Apapun perayaannya, dengan siapapun kita merayakannya, bagi Bella itu semua momentum berharga bagi dirinya.
Tapi... tetap, Abi punya tempat spesial di tiap momen Isabella.
Sekarang Abi, Jesslyn dan Evelyn, adik dari Jesslyn yang masih duduk di kelas 6 sekolah dasar itu juga tengah menikmati momen malam tahun baruannya. Ini kali pertamanya Abi menghabiskan malam tahun barunya tanpa kehadiran sosok Isabella.
Rasanya aneh, tapi ia harus terbiasa mulai sekarang.
“Kak Abi, ini dagingnya!” sodor Jesslyn.
Abi menoleh dan matanya memencak lebar begitu ia melihat dagingnya itu terdapat banyak lemak-lemak daging yang sangat ia benci.
“Ah, Bel, lu mau bunuh gua apa gimana kasih lemak daging sebanyak ini—” Abi mengatup bibirnya rapat-rapat, ia terkejut begitu wajah yang ada di hadapannya ini adalah Jesslyn, bukan Isabella, “So-Sorry, Jes... ma-maksud aku... itu dagingnya banyak lemaknya... aku... gak suka lemak daging...”
TUK, Jesslyn meletakkan piringnya dengan wajah muram.
“Jes, maaf, aku—”
“Kakak suka sama Kak Bella?”
Abi diam membeku.
“Jawab, Kak, Kak Abi suka sama Kak Bella?!”
Pemuda itu mengutuk dirinya dalam hati. Bisa-bisanya ia mengacaukan suasana malam tahun baru pertamanya bersama Jesslyn, hanya karena sosok satu gadis yang ia cintai selama ini masih terlintas di kepalanya.
“Maaf, Jes... aku...”
“Jawab, suka apa enggak?!”
“Iya! Aku suka sama Bella! Aku cinta sama Bella, Jes!”
Kedua netra gadis cantik itu melotot lebar dengan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya. Abi mengusap wajahnya frustasi, ia meraih tangan mungil Jesslyn dan menggenggamnya erat.
“Maaf, Jes... Maafin aku karena terus membuat kamu menunggu kayak gini karena... selama ini hati aku masih terkait sama Bella... aku gak bisa lepasin Bella...”
“Jesslyn kurang apa sih, Kak?”
“Kamu gak kurang apa-apa, emang aku aja yang bego, Jes.”
Jesslyn mengusap cepat air matanya, “Gila ya, cowok-cowok lain berlomba-lomba untuk bisa dapetin gue tapi cuman Kak Abi yang bisa bikin Jesslyn kayak gini demi cewek modelan Kak Bella doang!”
Abi mengernyit dahinya, “Cewek modelan Bella? Maksud kamu apa ngomong gitu?”
“Iya! Cewek udik, kampungan, tomboy dan rese kayak Kak Bella! Kakak tahu gak?! Dia tuh di karate mentang-mentang jadi ketua selalu merasa sok paling berkuasa, songong, dan sok iya banget! Padahal cakep juga enggak, cewek apaan cuman jago nendang sama miting leher orang kayak gi—”
“Jaga mulut lo, Jesslyn.”
Jesslyn kaget begitu ia di tatap geram oleh Abi. Pemuda itu langsung berdiri dari tempatnya lalu menyambar kunci motornya untuk segera pergi dari rumah Jesslyn.
“Kalau gitu, hubungan kita sampai sini aja. Makasih buat jamuan malam ini,” desis Abi tanpa memedulikan gadis bersurai panjang coklat itu yang hendak meraihnya namun motor yang di kendarai Abi sudah jauh dari jangkauannya.
Meskipun Abi harus menelan sakit karena patah hatinya dengan Isabella,
tapi pemuda itu tidak akan pernah menerima siapapun yang menghina sahabat kecilnya itu.